Halaman:Horison 10 1971.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

SADdjAK - SADdjAK

SUTAN TAKDIR ALISdjAHBANA

KERABAT KITA

Bunda, masih kudengar petuamu bergetar waktu aku tertegun diambang pintu, melepaskan diriku dari pelukmu : “Hati-hati dirantau orang, anakku sadjang, Berkata dibawah-bawah, mandi dihilir-hilir. Dimana bumi dipiddjak disana langit diddjunddjung.”

Telah lama aku mengembara: Ddjauh rantau kuddjeladdjah, banjak selat dan sungai kuseberangi, gunung dan gurun kuedari. Beragam warna, bahasa dan budaja manusia, teman aku bersantap, bertjengkerma dan bertjumbu, lawan aku bertengkar dan berselisih.

Diruntuhan Harapa dan Pompeyi aku ziarah, Dari menara Eifel dan Empire State Building aku tafkur memandang semut manusia. Di pembadjaan Ruhr dan Nagasaki aku bangga melihat kesanggupan ummat berpikir, mengatur dan berbuat.

Kuhanjutkan diriku dalam lautan manusia di Time Square di New jork dan di Pitjtjadilj di London. Kuresapkan lagu kesepian pengendara unta di gurun pasir dan batu Anatolia, saga Islandia jang megah di padang saldju jang putih.

Bunda, Pulang dari rantau jang djauh berita girang kubawa kepadamu, resap renungan petua keramat, sendu engkau bisikkan di ambang pintu: Dimana-mana aku mendjedjakkan kaki, aku berdjedjak di bumi jang satu. Dan langit jang kudjundjung dimana-mana langit kita jang esa

Bunda, Alangkah luasnja dan dahsjatnja kerabat kita, kaja budi kaja hati, pusparagam tjiptaan dan dambaan.