Halaman:Hikajat Tanah Hindia.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

yang bernama Syekh Nuruddin Ibrahim bin Maulana Israil atau Sunan Jati sepanjang nama tempat kedudukannya, yaitu bukit Jati dekat Cirebon. Adapun Sunan Jati mengajarkan agama Nabi Muhammad kepada orang Pajajaran, terlalu selamat pekerjaannya, sehingga orang itu bertambah-tambah banyak masuk Islam. Maka anaknya, Hasanuddin namanya, tiada hendak mengislamkan orang yang menyembah berhala dengan lemah-lembut, melainkan dengan kekerasan; maka dikumpulkannya orang Islam, lalu dikepungnya ibu negeri Pajajaran dekat Bogor yang sekarang. Arkian, maka pada suatu malam rakyat Hasanuddin menaiki pagar tembok, dan mengalahkan orang Pajajaran (sepanjang babad pada tahun 1481). Maka Raja Pajajaran, Bersama-sama anak buahnya yang setia, lari ke sebelah selatan, tetapi acapkali kemudian daripada itu dilanggarnya negeri di batas tanah Banten. Demikianlah Pajajaran lenyap, diganti oleh tiga kerajaan, yakni: tanah Cirebon, yang diperintahkan oleh Sunan Jati, Jakarta (Karesidenan Betawi), yang di bawah hukum seorang anak Sunan Jati, dan Banten, yang dikuasai Pangeran Hasanuddin. Pada persangkaan orang yang paham dalam Hikayat, Jakarta masuk jajahan Raja Banten. Syahdan, maka kata orang, bahwa orang Badui sebelah selatan dan orang Tengger keturunan orang zaman dahulu itu, yang segan masuk agama Islam. Maka tersebutlah perkataan kerajaan Demak; selama hidup Raden Fatah tanah Jawa Tengah sentosa, karena perintahnya keras; meskipun bupati-bupati berdengki-dengkian, tetapi tiada juga mereka itu berperang-perangan. Adapun Raja Demak yang ketiga bernama Pangeran Trenggana, dibuatnya Undang-Undang dan ditetapkannya agama Islam, dan lagi diperanginya orang Hindu di tanah Jawa sebelah timur. Kerajaan Hindu yang terutama sekali yaitu Supiturang (dekat Malang) dan Pasuruan; sepanjang separuhnya babad kerajaan itu dibinasakannya; setelah itu orang Hindu undur ke Blambangan dan ke Bali.