Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 03.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1002

di kenal masaken kotanja negri Tadjir djoega ia tiada bisa sekali kenalken.

Maka Djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen dijemlah sebentar dengen masgoelnja, maka sekoetika ija berkata, katanja: Hai orang bedebah kedoewa, djikaloe engkau tida mengakoe, akoe kenaken hoekoem padamoe jang tida terhisab lagi.

Sahoetnja Mahbat kedoea itoe, sepatoetnjalah toean menghoekoem hamba, sebab hamba kedoewa ini ada di perhambanja toewankoe, djangan ken dengan salahnja sekalipoen dengan dosanja hambanja djoega, djikaloe toewan hendak menghoekoem hamba siapa lagi melarangken dija.

Satelah itoe maka djohan Pahlawan Nasib Berdjaman poen mendjawab lagi bitjaranja, tetapi telah di kenalnja jang ia betoel Sjahbanda.

Satelah itoe maka laloe di soeroenja tangkep poela, maka laloe di bawa kedalem pendjara itoe.

Maka satelah sampe pada loear pintoe astana itoe, maka Mahbatpoen bitjara dengan bahsa Toral Arkan itoe, demikijan boenjinja.

Dimana tjempedak berkoelit nangka,
Tanem bidara di kebon Manggis,
Dimana djoega kahendak padoeka,
Orang dalem pendjara tinggal menangis.

Maka Magat kedoewa jang membawa dia maka taoelah artinja kata pantoen itoe.

Satelah itoe maka Mahbat Roem poen berpantoen poela dengan bahsa Tadjir itoe demikijan.