13
Wahi ! terlaloe amat soesah mendapatkeu benteng kita dan orang patroeli itoe samoewa pajah, sering kali menengok kanegri Edi, tetapi tiada djoega kadengaran boenji slompret, tiada kadengaran poekoel tamboer, dan tiada kalihatan suapan dari benteng, jang datang menoeloeng.
Dalam kasoesahan ini, ada lagi satoe soldadoe Blanda jang dapat loeka, tiada ada tandoe aken memikoel dia. Maka sekarang, apa boleh boewat? maka maitnja soldadoe Blanda, jang bernama de Bok itoe, di kaloewarken dan di semboeniken di dalam kebon-kebon, pada tempat jang soenji (*)[1] sopaja djangan boleh di lihat dan di tjintjang oleh orang Atjeh, jang koerang adjar sama orang mati; di blakang kali, djikaloe soedah senang, hendak di angkat mait itoe dan di koeboerken, dan soldadoe jang baroesan dapat loeka itoe di tarok di dalam tandoenja fuselier de Bok.
Antara orang patroeli itoe tjoema tinggal sedikit sadja jang sanggoep mamegang snapan, teman-temannja soedah terlaloe pajah, dan dalam orang jang sedikit itoe djoega ada jang hampir-hampir tiada bisa tembak, sebab tangannja soedah angoes dari pada kapanasan laras bedil, tetapi, kendati merasa sakit, dia orang tahan djoega.
Segala orang patroeli soedah tersengal sengal
——————
- ↑ (*) Soenji = sepi.