Halaman:GS.djvu/37

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

bersatu dalam cinta kasih yang sama, bersatu pula dalam usaha saling menguduskan[1], supaya mereka, - dengan mengikuti Kristus sumber kehidupan[2], disaat-saat gembira maupun pengorbanan dalam panggilan mereka, karena cinta kasih mereka yang sejati, - menjadi saksi-saksi misteri cinta kasih, yang oleh Tuhan diwahyukan kepada dunia dalam wafat dan kebangkitan-Nya[3].

BAB DUA
PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

53. (Pendahuluan)

Termasuk ciri pribadi manusia, bahwa ia hanya dapat menuju kepenuhan kemanusiaannya yang sejati melalui kebudayaan, yakni dengan memelihara apa yang serba baik dan bernilai pada kodratnya. Maka dimanapun dibicarakan hidup manusia, kodrat dan kebudayaan erat sekali.

Pada umumnya dengan istilah “kebudayaan” dimaksudkan segala sarana dan upaya manusia untuk menyempurnakan dan mengembangkan pelbagai bakat-pembawaan jiwa- raganya. Ia berusaha menguasai alam semesta dengan pengetahuan maupun jerih payahnya. Ia menjadikan kehidupan sosial, dalam keluarga maupun dalam seluruh masyarakat, lebih manusiawi melalui kemajuan tata susila dan lembaga-lembaga. Akhirnya di sepanjang masa ia mengungkapkan, menyalurkan dan melestarikan pengalaman-pengalaman rohani serta aspirasi-aspirasinya yang besar melalui karya- karyanya, supaya berfaedah bagi kemajuan banyak orang, bahkan segenap umat manusia.

Oleh karena itu mau tak mau kebudayaan manusia mencakup dimensi historis dan sosial, dan istilah “kebudayaan” seringkali mengandung arti sosiologis dan etnologis. Dalam arti itulah orang berbicara tentang kemacam-ragaman kebudayaan. Sebab dari pelbagai cara menggunakan bermacam-macam hal, menjalankan pekerjaan dan mengungkapkan diri, menghayati agama dan membina tata susila, menetapkan undang- undang dan membentuk lembaga-lembaga hukum, memajukan ilmu-pengetahuan serta kesenian, dan mengelola keindahan, muncullah pelbagai kondisi hidup yang umum serta pelbagai cara menata nilai-nilai kehidupan. Begitulah dari tata hidup yang diwariskan muncullah pusaka nilai-nilai yang khas bagi setiap masyarakat manusia. Begitu pula terwujudlah lingkungan hidup tertentu dengan corak historisnya sendiri, yang menampung manusia dari berbagai zaman manapun, dan yang menjadi sumber nilai- nilai untuk mengembangkan kebudayaan manusia serta masyarakat.

  1. Lih. Sacramentarium Gregorianum (kumpulan upacara -upacara Gregorian): PL 78,262.
  2. Lih. Rom 5:15 dan 18; 6:5-11; Gal 2:20.
  3. Lih. Ef 5:25-27.