Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/92

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

mempunyai hubungan darah terjalin hubungan yang erat dan dalam, yang merasuk ke dalam batin.

Sajak Seleguri, "Ratap Ibu" mengungkapkan duka hati seorang ibu yang ditinggal mati anak gadisnya: Di hari raya, saat ia mengharapkan anak gadisnya menjadi penerima handai tolan yang berkunjung, justru semua itu tinggal kenangan karena anak gadisnya telah tiada, sehingga

....

Anakku, kekasih ibu,
Buah hati junjungan ulu;
Lengang rasanya kampung negara,
Sunyi senyap di hari raya,
Bunda sebagai hidup sendiri,
Selama tuan ta' ada lagi.

Tidak berguna sawah dan benda,
Emas intan tidak berharga;
Rumah besar rasa terbakar,
Untuk siapa kekuatan bunda.

Aduh kekasih, aduh nak sayang,
Di mana tuan terbaring seorang;
Bawalah ibu sama berjalan,
Mengapa bunda tuan tinggalkan.

(Pujangga Baru, V/1, Juli 1937)

Dari larik-larik di atas terbayang sosok seorang ibu yang demikian sayang pada anaknya meskipun barangkali dapat juga dikatakan sebagai seorang manusia yang cengeng karena meratapi kematian anaknya. Sosok seorang ibu yang sayang pada anaknya itu juga ditampilkan Seleguri dalam sajaknya yang lain "Petaruh Ibu": Seorang ibu menasihati anaknya yang berangkat dewasa. Salah satu nasihat itu demikian.

Ingat tilikan pergunakan mata
 Bedakan syare'at dengan hakikat
Intan dan baja sama berkilat
 Usah samakan emas tembaga.

   (Pujangga Baru, V/6, Desember 1937)

Manusia dan Manusia Lain

83