Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/89

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dekat kita dengar bumi retak,
Bumi, yang telah tua
oleh manusia dan derita.

(Simphoni, 1957)

Secara alegoris melalui sajaknya itu penyair melukiskan bahwa keadaan masyarakat tidak ubahnya dengan situasi ketika Nuh menyelamatkan umatnya yang beriman di atas perahunya dari ancaman banjir yang melanda. Penyair melihat gejala itu terulang dalam masyarakat yang sedang terkikis iman dan moralnya. Dengan demikian, sajak "Kapal Nuh" mengingatkan keruntuhan yang mungkin terjadi apabila masyarakat tidak segera memperbaiki kebejatan dan kerusakan moral yang mereka lakukan.

Kesadaran untuk mengubah nasib dan bangkit dari kebodohan dan kemelaratan hidup masyarakat dikemukakan oleh Ajip Rosidi dalam sajaknya "Lagu Duka Masa Kini". Dalam sajak itu terbayang masyarakat yang terbelenggu ketidakadilan dan kegelapan hidup. Sementara itu, penguasa "dengan tenangnya" masa bodoh terhadap keadaan yang demikian, malah seolah-olah sengaja mempertahankan keadaan yang demikian untuk tujuan-tujuan tertentu. Namun, rakyat segera menyadari keadaan dan bangkit menuntut perubahan.

LAGU DUKA MASA KINI


II
Kalau kami bingung karena kebingungan
Buah daripada kemasabodohan
Kalau kami terhuyung tiada pegangan
Buah daripada pemujaan
Diri sendiri

(Adalah kau, kalian, kalianlah penegak tonggak
Guyah dalam ketidakpastian)

....

80

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960