Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Bila kebahagiaan dalam sajak "Cinta" seolah-olah hanya mungkin ditemukan dalam kehidupan yang bersifat spiritual ('Dengan kepenuhan hatimu/Di dalam kefanaan,/Dengan seluruh jiwamu/Di dalam kesucian,/Benamkanlah cintamu/Wahai teman,/Ke dalam kebakaan,/Maka akan tersualah olehmu./Bahagia yang tida berkesudahan.'), sajak "Di Mana Tempat Cinta Sejati ...?" Intoyo mengungkapkan bahwa cinta sejati yang melahirkan kebahagiaan sesungguhnya lekat pada diri kita, pada kehidupan kita. Singkatnya, cinta dan kebahagiaan itu terdapat dalam kehidupan dunia akhirat ('Cinta sejati lekat pada kita,/Bernyala-nyala sewaktu bekerja,/Untuk Bahagia Dunia Raya//Bernyala-nyala sewaktu bekerja,/Di mana kita merasa sejajar./Sehidup semati, seniat-sedasar.'), Tempat cinta sejati—tulis penyair—bukanlah '....di tempat memuja,/Di kuil tempat membakar dupa,/Di dalam gua tempat pertapa./Bukan di mahligai batu pualam,/Di katil terhias permata nilam,/Di dalam surga, di luar alam'). Dengan demikian, dalam sajak Intoyo "Di Mana Tempat Cinta Sejati....?" terdapat kesadaran bahwa manusia yang beriman bukanlah manusia yang semata-mata berurusan dengan Tuhan, namun juga berurusan dengan masyarakatnya: manusia yang beriman tidak mungkin lepas dari kehidupan duniawi karena segala laku manusia di dunia—sebelum sampai ke akhirat—sesungguhnya adalah sebagian dari ibadah juga. Hal itulah yang antara lain terungkap dalam sajak Rifai Ali, "Akhirat dalam Dunia".

Muhammad nabiku sudah tepat,
Meneladannya genap bahagia,
Sebab di dalam menuju akhirat
Aku hidup di pusat dunia:

Dari mandi bergosok gigi,
Bersisir berharum badan,
Sampai bercinta dengan isteri,
Terhitung semua jadi amalan.

(Kata Hati, 1941)

Kesadaran bahwa laku manusia di dunia adalah sebagian dari ibadah juga terdapat dalam sajak Sutan Takdir Alisjahbana, "Kepada Kaum Mistik".

Aku berbisik dengan Tuhanku
dalam kembang bergirang rona
Aku mendengai suara Tuhanku
dalam deru mesin terbang di atas kepalaku

Manusia dan Hutan

11