Lompat ke isi

Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/105

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Biarpun dari larik-larik tadi tampak pada kita sosok manusia yang hina martabatnya, terbaca juga dari sikapnya ketika menampik cinta seorang laki-laki pancaran kebesaran jiwanya. Ia tidak mau melihat seorang laki-laki terjebak dalam cintanya yang semu. la tidak ingin ada orang lain yang menjadi korban keadaan dirinya. Karena itu, jarak yang barangkali telah tercipta antara dirinya dengan laki-laki yang mencintainya, tetap ia pertahankan. Akhirnya, jarak tetap saja membentang: dua dunia yang tak akan pernah bertemu.

Keinginan bersahabat dengan orang lain dapat timbul karena berbagai hal. Rasa kagum terhadap seseorang juga dapat menimbulkan keinginan bersahabat, seperti yang diungkapkan dalam sajak Rival Apin "Puteri Bening" tentang seorang pemuda kota yang merasa kagum terhadap keluguan, kesederhanaan, kesucian, dan kecantikan gadis desa.

PUTERI BENING
Kenangan bagi gadis desa-gunung
pagi dingin
pancuran dengan air putih bening
air sembahyang, telekung putih jernih

suci bening membungkus segala, selain muka
hidup bercahaya mata, merah membasah bibirmu
merkah
jelita menghimbau

senyuman, suci bening
sederhana sorga!
pemuda kota ini tepekur terpesona memandang

(Jassin, 1959: 390)

Kekaguman seorang pemuda terhadap kecantikan seorang gadis merupakan benih-benih berseminya cinta. Akan tetapi, tidak jarang kekaguman itu berhenti pada kekaguman saja, atau hanya berkembang sebatas persahabatan saja. Dalam sajak Kirjomulyo "Ke Pasar" (Romansa Perjalanan: 133), seorang pemuda mengagumi seorang gadis, tetapi belum sampai jatuh cinta: 'Dan wajah yang dibawa/begitu mengesan dalam diri//Tapi itu bukan cinta/hanya serupa lonjakan'. Pada sajaknya yang lain "Jalan Jempiring", kekaguman terhadap seorang gadis

96

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960