— 383 —
bilang, membri gandjaran pada orang-orang ijang berboewat hianat! Itoelah ada hinaken kasoetjian dan haroes amat ditjelah dan barangkali djoega haroes dikataken berdosa.“
„Kaoe sendiri djoega ijang maoe terbitken pekara begitoe roepa,” kata si Pendita dengen soewara perlahan, sambil masoekken kombali itoe harta besar ka dalem sakoenja.
„Kaoe toeloeng kasih taoe padakoe, di mana adanja itoe Fernand, Danglars dan Mercedes, soepaja saja boleh berboewat sebegimana pesanannja Edmond Dantes.“
Keringat menetes banjak dari djidatnja Caderousse. Sedeng begitoe, toewan Pendita bangoen dari korsi, aken berdjalan melihat koedanja di loewar pintoe, laloe dateng kombali pada Caderousse.
Selagi Pendita djalan ka loewar. Caderousse dan istrinja ada memandang satoe sama lain.
„Seänteronja itoe intan boleh djadi kita poenja,” kata Caderousse.
„Apa boleh djadi begitoe?”
— „Satoe Pendita tida nanti djoestaïn kita.”
— „Kaloe begitoe, berboewatlah toeroet soekamoe: saja tida maoe toeroet bitjara”
Sehabisnja bilang begitoe, njonja itoe naik kombali ka atas loteng. Tempo sampe pada tingkatan ijang paling tinggi, ija berkata pada soewaminja:
„Pikir doeloe baik-baik, Gasperd!”
„Saja soedah berpikir betoel,” sahoet Caderousse.
„Dan apatah niatmoe sekarang ini?” kata Pendita pada Caderousse itoe.
„Saja niat bilang padamoe segala perkara ijang saja taoe,” sahoet Caderousse.