— 282 —
XVIII
Koetika besok paginja Dantes dateng poela kakamar Padri Faria, maka ija dapeti Padri. Faria itoe lagi doedoek dibawah sinar matakari ijang masoek dari djendela.
Aer moekanja kelihatan sabar dan pada tangan kirinja, ijang tida loempoeh itoe, ija ada pegang selembar kertas ijang tergoeloeng, dengen tida berkata apa-apa, ija toendjoekken kertas itoe pada Dantes.
„Apa itoe?“ bertanja Dantes.
„Lihatlah baik-baik,” berkata Padri sambil bersendjoem.
„Akoe’= telah memandang dengen sekoewat-koewatnja matakoe, tapi akoe melainken melihat selembar kertas ijang bekas terbakar dan dimana ada terboeboeh toelisan jang tertoelis dengen tinta ijang asing.”
„Kertas ini, anakkoe!” berkata Padri Faria „ialah ada hartakoe itoe, ijang dari wates ini hari. setengahnja ada kepoenjaanmoe. Sekarang akoe maoe tjoba mentjeritaken hal hartakoe itoe,”
Koetika Dantes mendenger katanja Padri Faria itoe maka dengen mendadak moekanja djadi beroba. Selamanja Dantes tida maoe bertanja tentang hal hartanja itoe, kerena ija taoe bahwa memang itoelah ijang djadi lantaran sehingga Padri jtoe di pandang oleh penggawe-penggawe pendjara sebagi orang gila. Dari sebab Padri Faria sendiri begitoe lama tida berkata satoe apa hal harta itoe maka di anggep