— 278 —
toe mait, ie boekalah gigikoe dengen piso itoe dan toeanglah sepoeloeh tetes dari obat itoe dalem moeloetkoe, brangkali akoe bisa djadi semboeh."
„Brangkali ?" bertanja Dantes dengen katakoetan.
„Toeloeng, toeloeng!" betreak Padri Faria „akoe.....akoe....."
Penjakitnja soedah dateng dengen mendadak sehingga ija tida bisa berkata apa-apa lagi. Matanja terboeka sama sekali, moeloetnja tertarik dan berboesa sambil mendjerit-djerit. Dan sebegimana di perentah olehnja tadi, maka Dantes menoetoepi moeloetnja dengen selimoet sehingga soewaranja tida bisa terdenger djaoeh. Doewa djam lamanja Padri Faria menggereng-gereng begitoe, tapi setelah soedah warna koelitnja mendjadi biroe, ija tida bisa bergerak dan tida bersoewara lagi.
Setelah dilihatnja hal itoe oleh Dantes, maka ija boeka giginja ijang rapet itoe dengen piso dan ditoeangken dalem moeloetnja sepoeloeh tetes dari obat itoe.
Satoe djam lamanja Padri Faria tida bergerak sama sekali sehingga Dantes telah merasa koewatir ijang obat itoe tida berfaedah. Maka ija memandang Padri Faria itoe sambil mendjambak-djambak ramboetnja sendiri dari kasedihan. Aken tetapi lama-lama ija lihat ijang moekanja moelai berwarna merah poela, matanja ijang tadi senantiasa tinggal terboeka, moelai berkedip-kedip, sedeng kedengeran ijang ija menarik napas dalem.
„Beroentoeng-beroentoeng!" berkata Dantes dengen kagirangan.
Padri Faria belon bisa berkata-kata, tapi dengen katakoetan ija menoendjoek ka pintoe. Dantes laloe menghampiri