— 272 —
goena sekali bagi Dantes. Maka Dantes mendengerken tjeritanja, dengen amat pandjang dan heran. Tjerita itoe ada ijang ija mengarti, ada djoega ijang tida mengarti betoel, sebab terkena pada ilmoe ijang dalem dalem.
„Baiklah kaoe mengadjarken sedikit-sedikit padakoe dari pengatahoeanmoe, soepaja kaoe djangan merasa bosen bietjara dengen akoe,“ berkata Dantes „sebab akoe kira ijang kaoe lebih soeka tinggal sendirian dari pada mempoenjai teman seperti akoe ijang tida berpengatahoean. Djika kaoe mengaboelken permintaänkoe, akoe berdjandji ijang akoe tida ingat lagi aken lari.“
Padri Faria bersenjoem.
„Adoeh anakkoe! kapandean manoesia itoe ada watasnja, dan djika akoe adjarken padamoe ilmoe-ilmoe hitoeng, ilmoe alam, ilmoe hikajat dan tiga atau ampat bahasa asing ijang akoe mengarti, maka kaoe dapet taoelah segala ijang akoe ketahoei, dan dalem doewa tahon sadja kaoe telah bisa taoe segala hal itoe.“
„Dalem doea taoen?“ bertanja Dantes.
„Apa kaoe kira ijang dalem doewa taoen akoe soedah bisa mempeladjarken segala hal itoe?“
„Kaoe djangan salah mengarti. Dalem doea taoen kaoe soedah bisa taoe segala hal itoe, tapi belon boleh dikata ijang kaoe bisa mempergoenaken. Taoe dan mempergoenaken itoe ada berbeda, sebab ijang seorang dibangoennja dengen ingetan, dan ijang lain dengen hikmat.“
„Apakah orang bisa mempladjari ilmoe hikmat?“
„Ilmoe hikmat tida diadjarken. Ilmoe hikmat ada perhoeboengan dari kepandean ijang melainken boleh dipergoenaken oleh orang ijang terpilih, Ilmoe hikmat ada awan