— 265 —
„Toelisannja bagoes dan tjepat.“
„Tapi itoe soerat ijang tida ditandai, begimana toelisannja ?“
„Toelisannja berdiri.“
Padri Faria bersenjoem.
„Itoe soerat palsoe boekan?“ bertanja Dantes.
„Tida, aken meniroe soerat itoe ada koerang waktoe tetapi lihatlah ini.“
Setelah berkata begitoe, Padri Faria mengambil penanja dan sesoedahnja di masoekken dalem tempat tinta, ija menoelis pada selembar kain dengen tangan kiri perkataän-perkataän ijang bermoela dari soerat itoe ijang ditjeritaken oleh Dantes.
Samentara Dantes melihat toelisan itoe ija terperandjat dan dengan ketakoetan ija berkata:
„Heran sekali, ini toelisan ada berbeda dengan toelisan tangan kananmoe.“
„Sebab soerat ini akoe toelis dengan tangan kiri, sekarang kaoe taoe bahwa soerat,soerat ijang tertoelis oleh tangan kiri dan tangan kanan ada berbeda toelisannja satoe dengan lain. Baiklah kaoe bitjaraken pertanjaänkoe ijang kedoea itoe.“
„Baik akoe aken mendengarken.“
„Apakah ada orang ijang soeka, kaloe kaoe tida djadi kawin dengen Mercedes?“
„Ada ijaitoe seorang moeda ijang menaroh tjinta padanja.“
„Namanja?“
„Fernand.“
„Itoe ada nama seorang Spanjol.“
„Dia ada bangsa Catalaän.“