— 262 —
perloean pada manoesia, tetapi djoega memberi pikiran dan keinginan ijang djahat, ijang sering kali ada begitoe berpengaroeh sehingga kebaikan ijang ada dalem manoesia itoe dilemasken dan orang itoe mendjadi djahat. Dari sebab itoe: djika kaoe ingin taoe siapa ijang bersalah, tjarilah doeloe: siapa ijang boleh mendapet keoentoengan dari ketjilakaan ijang diperboeat itoe. Siapakah ijang bisa dapet oentoeng dengen ketoetoepanmoe?“
„Tida ada ijang bisa mendapet oentoeng sebab, akoe ada seorang ijang hina.“
„Djangan kaoe menjahoet begitoe sebab pendjahoetanmoe itoe tida dengen pikiran, semoea hal ada perhoeboengannja kaoe. Dari seorang Radja moesti takoet dengen Pangeran makota, hingga sampe pada seorang ambtenaar moesti takoet bagi sama ijang ada dibawahannja ijang bakal mengganti padanja. Djika Radja mati, Pangeran makota terima waris makotanja, djika seorang ambtenaar mati, ijang dibawahannja aken naik berganti djabatannja. Tiap-tiap manoesia dari ijang paling rendah hingga ijang paling tinggi, dikoelilingi doeniaada berbagi-bagi hak. Tetapi hak-hak itoe, mendjadi besar bila orang itoe semingkin naik. Tetapi baiklah akoe bitjara dengen terang. Kaoe bilang ijang kaoe ampir djadi kapitein pada kapal Pharao, boekan?“
„Benar!”
„Kaoe hendak menikah seorang anak gadis boekan?”
„Adakah orang ijang soeka, bahoewa kaoe-tida djadi kapitein? Adakah orang ijang kepengen, bahoewa kaoe tida djadi kawin dengen Mercedes? Djawablah doeloe pertanjaankoe ijang pertama.”
„Tida, akoe kira, tida ada orang ijang soeka bahoewa