— 75 —
Dan sasoedanja toewan Morrel itoe berangkat, ada sepi sekali di itoe pertengahan ijang besar, kendatipoen ada berkoempoel banjak orang di sitoe: masing-masingpoen pada berdiam dengen berpikir.
Dantes toewa dan Mercedes poen demikian: ija-orang tinggal berdiam seperti orang-orang ijang djadi gagoe lantaran kadoekaän; tapi achir-achiebja ija-orang poenja mata bertemoe satoe pada lain, dan ija-orang lantas sadja saling berpeloek sambil menangis tersedoe-sedoe.
Tida lama kemoedian, Fernand dateng kombali; ija toewang ajer sagelas dan minoem itoe, laloe ija berdoedoek di satoe korsi.
Sasoedahnja berpeloek, sakoetika lamanja Mercedes moendoer dari depan Dantes toewa dan berdoedoek di satoe korsi ijang tida djaoeh dari korsinja Fernand.
Seperti tertolak, Fernand itoe oendoerken korsinja, soepaja djadi djaoeh dari Meredes.
,,Dia inilah ijang amponja perboewatan!" kata Caderousse pada Danglars, sambil melihat pada Fernand itoe.
,,Akoe rasa, boekan," sahoet Danglars, ,,ija poen ada bodo sekali. Tapi biar bagimana poen itoe katjilakaän nanti menerdjang pada siapa ijang telah terbitken itoe!"
,,Kaoe boekan menjoempahi pada orang ijang soedah membri adjaran, aken tetapi pada jang terbitken katjilakaän ini!" kata Caderousse.
,,Ah!" sahoet Danglars: ,,apatah bisa djadi djikaloe orang misti dihoekoemi dengen lantaran omongan ijang dikataken di dalem angin?"
,,Memang haroes dihoekoemi, kaloe omongnja itoe mendatengken katjilakaän!" kata Caderousse.