— 71 —
Di itoe waktoe Danglars dapet lihat pada Fernand ijang bersender di tiang djendela, denger semoea orang jang aken brangkat, soeda djadi terkedjoet dan kepaksa berdiri lempang, tapi lantas djoega djato kombal; dan pada sesaat kemoedian ada terdengar gempar soewaranja banjak kaki ijang berdjalan di tangga; soewara ini ada terdenger rame dan boenjinja pedang-pedang ijang tergantoeng di pinggang jang terbentoer-bentoer ke sana-sini, hingga terdenger oleh sekalian tetamoe ijang sedang bersoerak-soerak dan bersenang-seenang djadi sangat terkedjoet dan rata berdiam.
Soewara gempar mendatengi lebih deket, laloe terdenger boenji pintoe ijang terketok tiga kali, dan sekalian tetemoe djadi bingoeng dengen sembari menengok satoe pada lain.
,,Dengen nama Baginda Radja!" kata satoe soewara angkar di loewar pintoe.
,,Di itoe waktoe djoega pintoe diboekaken, dan satoe Commissaris politie lantas masoek ka itoe pertengahan dengen diikoet oleh ampat soldadoe dan satoe koprak.
Sekalian orang di pertengahan itoe djadi sangat terkedjoet.
,,Apa?apa?" kata toewan Morrel, sambil mengamperi pada itoe Commissaris ijang ija kenal: ,,akoe rasa kaoe kasalahan masoek, Toewan!"
,,Tida! akoe tida salah masoek, Toewan Morrel!" sahoet itoe Commissaris: ,,tentoelah djoega nanti sigra djadi njata; akoe ini ada melakoeken titah aken menangkap orang, dan maskipoen akoe tiada senang di dalem hal ini, tiada loepoet akoe misti lakoeken djoega. Apatah di antam ang-