— 44 —
jang kita-orang ada melihat kapadanja: lihatlah, ija-orang saling pelok!"
Danglars mengawasi sadja kapada Fernand, ijang kalihatan saperti ada merasa amat sakit hati.
Apa kaoe kenal orang-orang itoe, Toewan Fernand?" katanja Danglars itoe.
„Ja," sahoet Fernand dengan soewara di dalem leher: „marika itoe ada toewan Edmond dan nona Mercedes !"
„Tah! apa akoe kata!" kata poela Caderousse: „hahaha! akoe soeda tida kenali marika itoe!― He, Dantes! dan nona eilok! marilah sini dan tjeritalah pada kita orang, kapan angkaoe nanti membikin perdjamoe-an penganten, kerna, maski di sini ada toewan Fernand, dia ini tida soeka bilangi kita perkara itoe."
„Diamlah! kata Danglars. sambil pegangi Caderousse ijang bangoen berdiri, tapi maoe tersoempat: „berdiri betoel-betoel dan biarkenlah doewa orang itoe bertjinta-tjintaän. Lihat toewan Fernand, dan toeroetlah toeladannja: dia inilah ada bepikiran benar.
Brangkali djoega Fernand itoe―dari sebab terganggoe oleh omong-omongannja Danglars― soeda djadi toeroeti amarahnja hati; kerna dengan sekoenjoeng-koenjoeng ia berdiri, dan lakoenja kalihatan saperti ada sadia aken menerdjang kapada Dantes; aken tetapi di itoe waktoe ia dapat lihat moekanja Mercedes ijang tertaboer dengan mata gilang- goemilang, dan ia lantas beringat djoega pada antjaman nona itoe, ijang berkata nanti memboenoeh diri, djikaloe Edmond sampe dapat tjilaka; maka dengan hati melekah Fernand itoe lantas berdoedoek kombali di korsinja.
Danglars menoengak-nengok memandang pada moekanja