— 241 —
„Lima poeloeh kaki?" berkata Dantes dengen heran.
„Djangan kaoe bitjara keras-keras, sebab sering kali orang mengintip dari pintoe."
„Ja, orang taoe ijang akoe. melainken sendiri disini."
„Baiklah bitjara dengen berbisik sadja."
„Djadi kaoe bilang ijang kaoe soedah menggali lima poeloeh kaki aken bisa sampe kemari ?" kata Dantes dengen pelahan.
„Memang, sebegitoelah kira-kira djaoehnja antara pendjarakoe dan pendjaramoe, tetapi akoe tjoema kira-kira sadja sebab akoe tida oekoer dan akoe tida menggali djalan lempeng, hanja melengkoeng. Sebagimana akoe soedah kata, sebermoela akoe menggali djalan ka tembok loear soepaja akoe bisa keloear dari fihak laoet, tapi akoe tida taoe ijang akoe keloear pada pendjaramoe, sedeng akoe kira ijang akoe ada di bawah pendjaramoe. Maka sekarang pekerdjaänkoe sia-sia, sebab djalan ini teroesannja kapertengahan dimana ada banjak orang-orang pendjaga."
„Barang ijang kaoe kataken itoe ada benar sekali," kata Dantes, „tapi djalanan itoe melainkan berdjalan pada satoe djoeroesan pendjarakoe sadja, sedang lain djoeroesan dalem pendjarakoe ada bertembok ampat lapis."
„Benar, tapi satoe-satoe dari lapisan itoe ada terdiri dari batoe keras; maka djika dikerdjakan oleh doea poeloeh orang ijang mempoenjai segala pekakas ijang perloe, dalem sepoeloeh tahon berangkali baroe bisa menemboes djalan aken keloear. Satoe lapis lagi berwatas dengan tembok fondament roemah Gouverneur. Djika dari djoeroesan itoe kita menggali, maka tentoelah kita sampe dikolong roemah itoe ijang berangkali pintoe-pintoenja terkoentji baek, se-