— 209 —
— „Oh, gilanja ada amat adjaib: ija beringet, ijang ija ada ampoenja kakajaän besar sekali. Tempo baroe tertoetoep satoe tahon, ija maoe kasih sajoeta franc pada Gouvernement, kaloe sadja ija di lepasken dari toetoepan. Di tahon kadoewa, ija maoe kasih doewa joeta; di tahon katiga, tiga joeta, dan teroes begitoe, saban tahon tambah sajoèta. Sampe sekarang ija soedah tertoetoep lima tahon; ija nanti minta bitjara di dalem rasia dan maoe kasih limajoeta."
— „He, itoelah bagoes sekali! Siapatah namanja itoe orang hartawan?"
— „Pandita Faria."
— „Ini kamar nomor 27."
— „Ja, dan itoe Pandita ada tertoetoep di sini. Boekakenlah pintoe ini, Antoine!"
Si djoeroe-koentji lantas boekaken itoe pintoe, dan itoe Inspecteur lantas melihat ka dalem toetoepannja: „Pandita gilah:" Pandita itoe poen diseboet begitoe oleh sekalian penggawe di itoe roemah toetoepan.
Di tengah-tengah itoe kamar, ijang ternama kamar-gelap, adalah kelihatan seorang lelaki ijang ampir telandjang hoelet kerna pakeannja ada antjoer sekali; orang itoe ada berdoedoek, dan menoelis goerat-goerat di batoe dengen sapotong kapoer ijang rontok dari tembok. Maskipoen pintoe itoe diboeka, orang itoe berdiam sadja; tempo sinarnja api soedah dateng menerangi kamar itoe, baroelah orang itoe bergerak: ija berbalik dan melihat dengen heran pada orang-orang ijang dateng.
Di itoe waktoe djoega orang itoe lantas berbangkit mengambil satoe selimoet ijang ada di pembaringannja, laloe