— 203 —
„Tida perloe, Toewan!" sahoet itoe Gouverneur: „orang itoepoen soedah sampe terseksa; lain dari begitoe, sekarang ini ija soedah ampir djadi gila; menoeroet apa ijang kita-orang soedah sering dapeti, adalah saja rasa, bahoewa di tahon depan djoega orang toetoepan ini nanti djadi gila betoel."
„Saja rasa, itoelah ada paling baik boewat dia," kata itoe Inspecteur: „kaloe ija djadi gila, ija tida bersengsara lagi."
„Bener sekali, Toewan!" kata Gouverneur: „bitjaramoe itoe ada ternjata, bahoewa kaoe kenal baik sama halnja orang-orang toetoepan. Di lain kamar gelap, ijang melinken terpisah tembok dari kamar ini, doewapoeloeh kaki tebelnja dan pintoenja ada di tangga sebelah sana, ada tertoetoep satoe Pandita toewa, ijang doeloe hari ada djadi kepala dari soewatoe pakoempoelan rasia djahat di Italië; ija telah tertoetoep di sini dari tahon 1811; dan pada achir tahon 1813 ija moelai djadi gila; tapi ija poenja badan ada segar; doeloe ija menangis sadja, sekarang ija soeka tertawa; doeloe ija bertambah-tambah djadi koeroes, sekarang ija djadi gemoek. Apa kaoe lebih soeka melihat padanja, dari pada orang toetoepan di kamar ini? Ija poenja omongan gila, ada terbitken napsoe tertawa; kaoe tida nanti berdoeka, oleh kerna melihat dia."
„Saja misti lihat semoewa." sahoet itoe Inspecteur: „kita poen misti lakoeken betoel kerdjaän kita."
Itoe Inspecteur baroe di itoe tempo berdjalan koelilingan aken memeriksa; maka ija maoe kasih njata, bahoewa ija seorang radjin adanja.
„Biarlah kita masoek doeloe ka ini kamar." katanja poe-