„BELATI ITEM“
57
„Oh . . . sobat, apa kau lagi mengimpi? Buat apa kau mengasih aku tau tentang sual itu, kalau kau tidak mau suru aku puter otak? Dan djuga sekarang aku mau tanja . . . . siapatah jang dapet membuktiken bahua kabar jang tertulis dalem „Ku Pao” itu TIDA betul adanja? Apatah lantaran kau punja koran ada mendjadi marika punya saingan, maka kau anggep itu kabaran ada djusta? Apa kau suda pergi ketemuken pada Kim Siu buat tanja iapunja pikiran terhadep itu prempuan jang sebut dirinja nona Amalia Huang, dan menurut katanja surat kabar itu sudah mengasih tau tentang hal itu oada kepala polisi? Nah . . . sobat, aku rasa kau ada pinter keblinger.“ Sesudanja berkata begitu Ho Song lalu tertawa . . .
Parasnja Pauw Long beribah merah, waktu denger perkatahannja Ho Song, aken tetapi ia tida ambil gusar pada itu detective jang ia sudah kenal adatnja dengen baek.
„Hola . . . Ho Song . . . kenapa bolehnja kau djadi djengkel terhadep diriku? Ha . . ha . . ha . . Tuan Polisi Resia jang tersohor . . . . denger, kalu orang mau pertjaja sadja segala obrolannja surat-surat kabar tentang kabaran jang ditulis dalem koran, dengen tida menjelidikin tentang kebenarannja, aku rasa orang bisa mendjadi gila. Nah . . . HoSong, aku tida mau berbantahan dengen kau, kalu kau suka, marilah kita pergi tangsel perut dulu, sesuda makan, kau bisa gunaken lagi otakmy jang tadjem . . . . Akur . . . sobat?“
„Aku rasa otakmu lagi kurang beres pada hari ini Pauw Long . . . tapi sudalah djangan memaen, marilah kita rundingken lagi tentang ini sual dengen sungguh². Denger, aku nanti pergi pada Kim Siu ini sore, buat minta iapunja keterangan. Aku suda sebel betul maenken rol sebagi sudagar. Oh . . Pauw Long, rasanja aku suda tida bisa menahan sabar lebih lama
