Halaman:Balerina Antologi Cerpen Remaja Sumatra Barat.pdf/132

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

telepon dengan terburu-buru. Lalu, dengan langkah setengah berlari kunaiki astrea merahku. Tujuanku hanya satu, secepatnya sampai di rumah Yosi. Berjuta tanya tersampir d! kepalaku sepanjang perjalanan. Apakah sakit Yosi semakit parah? Apakah daya tahan tubuh Yosi semakin memburuk? Memang, beberapa bulan belakangan, kesehatan Yosi mengalami penurunan. Menurut dokter, Yosi menderita kanker darah.

“Tom, Yosi telah pergi,” mama Yosi berteriak ketika aku sampai di ambang pintu. Aku terpaku. Serasa batinku ingi" menjerit. Tubuhku terasa lemah tak berdaya melihat jasa yang terbujur di tengah rurnah diselimuti kain panjang. Aku tahu, itu adalah jasad Yosi.

Aku tak bisa menahan air mata yang siap mengaliri pipiku. Tapi, aku berusaha tegar menerima kenyataan " walau di sudut lain aku merasa ada bahagian diriku yang hilang. Nasihat-nasihat Yosi yang selama ini mampu mengubah diriku takkan pernah kudapatkan lagi. Motivasi-motivasi Yosi yang senantiasa melecut semangatku ternyata harus berakhir. Keakraban dan kebersamaan kami juga harus terhenti. Ini semua karena kanker darah yang menggerogotinya diam-diam selama ini.

Namun begitu, aku tak mau mengecewakan Yosi. Aku ingat pesannya. Kita harus siap kehilangan karena yang kita miliki sekarang hanyalah titipan dari Yang Mahakuasa. Aku harus menggapai masa depanku tanpa Yosi. Selamat jalan, Yo.