Lompat ke isi

Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/89

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kita semua, bersyukurlah kita semua bahwasanya kita dapat menikmati kehidupan ini. Berbahagialah pula mereka yang menemukan pati utama, sebab mereka sebenarnya telah menemukan kenikmatan yang sejati.

Manusia sejati akan selalu waspada akan makna mati, sebab bagi manusia yang telah menghayati tumpukan-tumpukan ilmu, ada istilah manusia itu mati. Jangan disamakan "layon" dan mati, sebab sebenarnya mati itu memang tidak ada, yang ada hidup langgeng. Nyatanya badan terkubur (layon), hakekatnya tetap hidup hanya berpindah tempat. Kepindahannya membawa serta memboyongi kemulyaan pati, membawa serta keratonnya. Pendek kata tak akan dapat dilukiskan bagaimana indahnya masuk ke alam kemulyaan-pati itu, segala-galanya serba indah." Terpelenggong dan terheran-heran bercampur takjub hadirin yang menyaksikannya, luar biasa dan aneh ada darah dapat berkata-kata. Mereka mengatakan itu tentu ilmu "singkir," bukankah Pangeran Sunyata Jatimurti pandai akan menyulap? Tak ada dalam dunia ini darah dapat berkata-kata, bukan mustahil itu perbuatan setan.

Apakah itu yang menjadi andalannya Pangeran Sunyata Jatimurti, memiliki ilmu sulap bertemankan setan?

Ah, kasihan juga Pangeran Sunyata Jatimurti ini, tak lapang nantinya jalan menuju ke alam akhiratnya. Ilmunya akan menghalang-halanginya saja, matinya pun ti tidak akan sempurna. Mereka pun terus mengejek pada Pangeran Sunyata Jatimurti, bahwasanya dia bagaikan orang goblog dungu iagi bodoh, memilih memiliki ilmu sulap yang tak lain ilmunya setan.

Seketika itu juga kepala Pangeran Sunyata Jatimurti dapat berkata-kata, kelihatan senyum khas sang pangeran terlukis dari bibirnya, "Kuperintahkan pada kalian, darah hitam, kuning, merah dan putih. Segeralah kembali ke badanku ini, jangan sampai kau ada yang ketinggalan. Jangan-jangan kau nanti tidak turut beserta aku masuk ke sorga," laksana diirup keempat warna darahdarah tadi mengalir masuk ke badan, tak setetes pun darah-darah itu membekas di permadani.

Tak lama kepala yang terpisah tadi, bergerak seakan-akan berjalan berputar mengitari badan yang terpisah tadi, sebanyak 3 kali

87