Lompat ke isi

Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

lapor kepada Kyai Ageng Pengging, bahwasanya Sultan Demak menginginkan bertemu dengan para raja-putera Pengging, di Demak. Setelah menceritakan maksud kedatangannya yang tak lain Sultan Bintara menghendaki para rajaputera tadi menghadap ke Demak, jawaban diberikan kepada duta 4 orang tadi. "Saudara-saudara duta Sultan Bintara, sudilah kiranya saudarasaudaraku melapor pada Sultán Bintara bahwasanya sekarang aku belum bisa menghadap. Sebab hatiku masih susah memikirkan kepergian saudaraku tua Radyan Kebokanigara. Kakang pergi tak tahu ke mana yang dituju, malah beserta isteri dan puteranya. Tak satu pun dari kawulanya yang mengiringi kepergiannya. Lama sudah kucari-cari, namun hasilnya nihil tak kutemukan kakakku itu. Akan halnya aku sendiri, untuk waktu ini belum bisa memenuhi permintaan Sultán Binatara Demak untuk menghadapnya. Namun kujanjikan manakala kakakku telah pulang, aku bersama-sama dengan Radyan Kebokanigara akan menghadap Sultan Bintara di Demak. Itu pesan-pesanku pada kalian semua, dan sekarang pulanglah," keempat duta setelah menerima jawaban dan pesan-pesan Kyai Ageng Pengging bermohon diri pulang ke Demak.

Di hadapan Sultán Binatara, keempat duta melapor dari awal sampai akhir. Sultán Bintara menerima laporan-laporan para duta dengan penuh perhatian, namun dalam hatinya timbul keraguraguan. Keragu-raguan yang selalu menggoda hati kecilnya, kecurigaannya timbul kepada kedua raja-putera Pengging Radyan Kebokanigara dan Radyan Kebokenanga yang sekarang mereka telah melebur kekesatriaannya menjadi orang kebanyakan bergelar Kyai Ageng Pengging dan Kyai Ageng Tingkir. Mengapa mereka

selama aku menjadi Sultán Bintara tak pernah sekalipun menghadap, bukankah itu suatu perbuatan melawan kesahan pemerintahanku? Jangan-jangan nanti mereka akan merongrong kewibawaanku pula, apalagi mereka itu cucu-cucu dari ayahda Prabu Brawijaya Ratu Agung Majapahit. Mereka kakak-kakakku itu bukankah putera Raja Pajang-Pengging Sri Handayaningrat, apalagi beliau adalah menantu dari Raja Brawijaya. Apakah mereka menginginkan kedudukan seperti ayahnya, menjadi Raja

77