lelaki amat bagus rupanya, dinamakan Raden Jaka Prabangkara.
Dewasanya diabdikan pada Raja Majapahit, diangkat sebagai Lurah sungging (termasuk salah satu pekerjaannya menggambar, memberi warna dan lain sebagainya) pandai menggambar. Oleh Raja diperintahkan Raden Jaka Prabangkara untuk menggambar seluruh penghuni hutan, segala sipat hewani yang ditemukan di hutan tadi. Juga diperintahkan untuk menggambar semuanya barang bangunan yang berada di luar istana maupun di dalam istana Majapahit.
Juga diperintahkan untuk digambar seisi samodra, ikan yang kecil-kecil maupun ikan-ikan yang besar. Semua yang hidup di dalam air, yang merangkak, yang merayap harus digambarnya pula. Raden Jaka Prabangkara menyelesaikan tugasnya dengan sempurna dan baik sekali, semuanya seindah warna dan serupa aslinya.
Raja Brawijaya amat tertegun melihatnya, kasih sayangnya terhadap Jaka Prabangkara teramat kuat. Namun dalam tata kelahirannya, Raden Jaka Prabangkara tak diakuinya sebagai putra. Lain lagi dibatinnya sang prabu, Raden Jaka Prabangkara tetap diakuinya sebagai putra.
Pada suatu ketika, Raja Brawijaya memerintahkan kepada Raden Jaka Prabangkara untuk menggambar permaisurinya Ratu Mas Andarawati. Gambar telah diselesaikan, tak sedikit pun berbeda dengan rupa Ratu Mas Darawati yang sebenarnya, atau Putri dari Negara Campa tadi. Raja sangat senang dihatinya, mengagumi karya lukisan Raden Jaka Prabangkara.
Lukisan bagaikan bisa berbicara saja, namun lama-lama Sribupati memperhatikan juga dibagian kelamin dari Ratu Mas Dwarawati. Mengapa pula ada tahi lalatnya, apakah terpercikan tinta. Raja marah, Raden Jaka Prabangkara dipanggilnya dan bertanya, "Hai, Jaka Prabangkara. Coba lihat lukisanmu ini, mengapa pula terpercik oleh noda-noda hitam, apakah mangsi itu?" Raden Jaka Prabangkara menjawab, "Betul raja, nodanoda hitam itu tinta, terpercik tiada sengaja."
Raden Jaka Prabangkara juga menerangkan, belum sempat
19