poean seorang jang sekarang soedah roemadja-poeteri. Toean dan njonja Koesoema anggap ini anak perempoean, jang bernama Tati, sebagai termasoek keloearga sendiri. Ia disekolahkan sampai loeloes dari sekolahan klas II, kemoedian di schakelschool hingga doea tahoen. Berserta iboenja, Tati tetap membantoe roemah-tangga familie Koesoemapradja.
Waktoe Dr. Pardi tiba, Tati sedang ada di bawah poehoen ramboetan di kebon. Seorang pemoeda dari itoe desa, Amir, mandjat poehoen terseboet memetik boeahnja goena Tati. Antara ini doea pemoeda laki-laki dan perempoean ada itoe persobatan kekal, makloem dari ketjil sama-sama di itoe désa.
Diwaktoe Tati asjik mengambili boeah ramboetan jang didjatoehkan oléh Amir, tiba-tiba ma' Atjih ia poenja iboe, memanggil padanja.
„Tati, ...... Tati, ...... dokter Pardi soedah datang. Poelanglah!”
Tati kenal Dr. Pardi dari waktoe masih sama-sama ketjil, malah, di itoe waktoe berhadapan setjara boedjang dan madjikan ta' nampak sama-sekali, makloem pada anak-anak tidak ada itoe perasa'an perbeda'an deradjat. Pardi disekolahkan di kota, sedang Tati sekolah di satoe onder-district berteman diantaranja Amir.
„Baik ma !” djawab Tati waktoe ia mendengar dipanggil. „Amir, saja dipanggil. Sampai ketemoe lagi!”
Tati berlari-lari poelang dengan ta' menonggoe djawaban Amir. Ini pemoeda sigera toeroen dari poehoen, karena sebenarnja ia memetik boeah ramboetan itoe hanja meloeloe oentoek Tati.
7