lain kendara'an. Moeat itoe karoeng. Berangkat sekarang !”
Amir merasa girang karena menoeroet peritoengannja djikalau selaloe dapat moeatan begitoe, dalam tempo tiga hari tentoelah dapat terkoempoel oeang oentoek keperloean kawin. Tetapi manoesia tidak mengetahoei nasib apa jang akan mendatangi. Begitoelah setelah masoek di Gang Teroeboek, doea sersi mendadak menahan padanja. Salah seorang diantaranja pegang tangan Amir. Seorang politie Belanda berpakaian preman ikoet menjampoeri.
„Baroe sekarang kita dapat bekoek kau poenja leher”.
„Ada hal apa toean ?”, tanja Amir dengan sikap dan soearanja jang lemah lemboet.
„Djangan belaga bodoh. Kita tahoe kau poenja akal”.
„Boeka itoe doea karoeng!”, perintah perintah politie Belanda kepada sersinja.
Waktoe diboeka ditengah-tengah ikatan bawang kedapatan peti ketjil jang isinja Amir sendiri tidak tahoe, tetapi salah seorang sersi jang memboeka itoe memberi keterangan kepada chefnja : „Betoel toean, barang gelap”.
Sersi jang lain dengan sigera keloearkan borgol besi dari sakoenja dan sekoetika itoe djoega tangan Amir dimasoekkan kedalam borgol dibawa ke kantor politie.
____________
44