Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/89

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

seharusnya Kau kehilangan mimpimu!" Kata angin waktu itu. Dan untuk semangat yang dilontarkan sahabatku satu-satunya itu, aku tak ingin menyerah lagi. Aku akan berjuang mendapatkan tempatku lagi, meski akan berhasil atau tidak. Entahlah, aku tak tahu.

Aku masuk lewat ventilasi rumah, segera menuju tempat yang kurindukan, kamar mantan pemilikku, Dayana. Tapi dia tak ada disana. Baru saja aku hendak keluar dari kamar itu, terdengar suara langkah kaki yang cepat. Dayana berlari masuk ke kamarnya, sesegukan. Ia menangis! Aku mendekatinya, mencoba memberi ketenangan yang mustahil. Ia tetap saja menangis! Aku kenal tangisan itu, tangisan untuk sebuah mimpi! Aku mencoba lebih dekat, apa pun mimpinya itu, aku harus meyakinkannya bahwa ia menangis untukku. Aku harus menggantikan mimpi itu! Mimpi itu haruslah aku!

"Padahal semua teman-teman sudah boleh punya sepeda motor sendiri! Kenapa aku tidak boleh? Lagipula aku kan sudah SMA, umurku sudah cukup," ujar Dayana sambil melempar bantal ke arah pintu. Aku tertegun, tidak berhasil.

Ibu Dayana muncul dari pintu, mengambil bantal yang tadi dilemparnya.

"Ini bukan tentang umurmu cukup atau belum, Dayana," ucap ibunya dengan wajah lembut, "Hanya saja yang ibu lihat, Kau belum terlalu fasih mengendarai sepeda motor. Ibu hanya takut terjadi apa-apa, ini kan kota besar! Ibu tak sanggup kehilangan lagi Dayana, setelah ayahmu pergi, ibu hanya punya kau, Dayana," ucap Ibu Dayana dengan mata berair. Dayana terdiam.

"Tapi ibu sudah punya rencana. Saat liburan nanti, ibu akan minta Pamanmu mengajarimu agar lebih fasih, dan kalau ibu merasa Kau telah mahir, naik kelas nanti Kau sudah punya motor sendiri!" Ibu Dayana tersenyum menyudahi kalimatnya. Mata Dayana terlihat berbinar.

"Tapi tentu kau harus berusaha sungguh-sungguh, agar

77