Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/66

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

lima. Tempurung yang sudah dilubangi diberi dua tangkai, yang satunya sebagai pemegang, dan yang satunya lagi untuk diikatkan ke atas. Lubang tersebut berfungsi untuk cetakan tempat keluarnya adonan. Sambil diputar-putar dan digoreng, maka jadilah sebuah juadah."

"Oh..., begitu."

Setelah sampai di tempat tujuan, kami langsung menemui pedagang yaitu Ibu Shinta yang sedang membuat juadah. Di sana aku melihat langsung bagaimana cara pembuatan juadah. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh mamaku bahwa membuat juadah memang menggunakan tempurung. Di sana juga sudah banyak juadah yang telah selesai dibuat hingga bertumpuk-tumpuk. Ternyata juadah itu juga punya anak, ada pinyaram, nasi aru, aluwo, kipang, dan kanji, tetapi secara keseluruhannya disebut juadah. Tentu cara pembuatannya pun juga berbeda-beda. Rasanya kalau tidak minum setelah makan juadah pasti kerongkongan terasa kering, soalnya rasanya pada sangat manis. Tapi kalau tidak mencicipi yang namanya juadah pasti akan sangat menyesal. Cara pembuatannya pada umumnya hanya digoreng.

Karena kami ingin membeli, jadi kami menanyakan harga juadah itu, tentunya kepada Ibu Shinta.

"Bu, berapa harga juadahnya?" Tanya mamaku.

"Harganya sekitar dua juta Bu."

"Tidak bisa kurang ya Bu?"

"Itu sudah harga yang normal Bu, jadi tidak bisa kurang."

"Ayolah Buk kurangi sedikit, satu setengah juta bisa tidak?"

"Itu terlalu rendah Bu. Kalau satu juta sembilan ratus ribu bagaimana Bu?”

"Tidak bisa kurang ya Bu? Supaya lebih adil bagaimana kalau satu juta delapan ratus ribu?"

"Bagaimana ya? Ya sudahlah tidak apa-apa Bu."

54