Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/108

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

"Kau... kakakku?" Siey bertanya.

"Ya. Ya, percayalah! Aku kakakmu. Egit!" Kali ini Siey benar-benar yakin. Ia menangis makin kuat. Sementara Egit, Ia dipeluknya Siey. Nalurinya mengatakan bahwa Siey sangat membutuhkannya. Ia juga merindukan adik perempuannya. Lama ia menahan semuanya, bahkan sekarang Siey sudah dewasa. Demi Tuhan ia sangat bersyukur. Ini seperti kejutan, sekaligus melegakan baginya. Siey sudah mengetahui semuanya. Ia sudah menemukan adiknya. Ia bisa mengajak Siey tinggal bersama dan pindah ke Korea di mana Siey masih kuliah di sana. Dan tidak ada yang menganggu mereka lagi.

"Jangan menangis. Ah iya, yang tadi itu istriku. Namanya Jung Hyo-rim. Orang Korea. Dia baik. Dan anak perempuan yang kau tolong tadi itu anakku. Namanya Yumi. Jung Yumi." Egit nyaris tersenyum lalu melanjutkan. "Aku pernah tinggal di Korea. Hanya untuk mengawasimu yang sedang kuliah. Takut kalau orang tua itu menyelakaimu. Dan saat itu aku bertemu Hyo-rim. Aku jatuh cinta padanya. Yah, umurku terus bertambah. Sudah saatnya berkeluarga kan? Dan aku memberanikan diri, sendirian, datang ke rumah orang tuanya, melamarnya jadi istriku. Kisah yang manis kan? Percayalah." Siey berusaha untuk berhenti menangis, tapi agak susah rasanya. Dan ia tetap menangis. Namun ia tersenyum. Kakaknya sangat baik. Kakaknya orang baik.

Saat itu, Siey mendengat suara pintu kamar terbuka. Ia tidak melihat siapa yang masuk, tapi ia tahu setelah akhirnya seseorang itu bersuara. "Appa. (Ayah)," itu pasti Yumi. Siapa lagi yang bisa memanggil Egit ayah? Dan anak itu keponakannya. Ia bahagia menerima kenyataan itu. Siey bisa melihat Yumi berdiri di samping ayahnya sedikit mendongak ingin melihat siapa yang sedang dipeluk ayahnya.

"Ayah, kakak itu menangis?” Siey tersenyum. Namun tak berani menampakkan wajah basahnya. Malu. Sementara itu Egit memberi isyarat agar Yumi tidak bersuara. Gadis kecil

96