Halaman:Antologi Cerpen Remaja Sumatera Barat Perahu Tulis.pdf/105

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

karena tidak memakai sepatu. Wajahnya memerah karena dingin dan marah, beruntung ia belum melepas sarung tangannya. Ia masih menangis. la menemukannya. Seorang Ayah, ternyata seorang Ayah. Siey duduk di salah satu bangku taman. Dengan tatapan kosong dan lurus, ia mulai berpikir.

Baru dua hari saat ia menginjakkan kaki di Frankfurt, tidak menyangka akan bertemu pria itu secepat ini, dengan cara yang bisa dibilang hanya kebetulan semata.

Semua organ tubuhnya rusak mendadak. Rambutnya kusut, nafasnya tidak beraturan, sebelah lengan mantel bulunya sedikit turun dari bahu dan tanpa sepatu. Membuatnya lebih terlihat seperti pasien rumah sakit jiwa yang berhasil kabur.

Semakin dipaksa berpikir, tengkorak kepalanya serasa semakin runtuh. Pandangannya mulai kabur.

***

Yumi's House, Westend-Süd, 10.00 PM CET

Siey merasakan sesuatu yang panas di kulitnya, tepatnya di kulit yang ada di sekitar tangan kanannya saat ia mencoba membuka mata. Dan juga sesuatu yang empuk di balik pungunggnya. Ia melenguh, membuat rasa hangat itu semakin hangat dan nyaman.

"Siey," ucap sebuah suara. Siey dengan perlahan masih berusaha membuka matanya. Dan akhirnya, ia melihat siapa orang itu. Dan apa yang membuat badannya hangat. "Kau baik-baik saja? Kau pucat. Tadi kau pingsan di taman. Kau aman di sini, ini rumahku."

Siey terbelalak, namun ia tidak punya tenaga untuk melakukan hal yang lebih dari itu. Pria itu bertanya padanya. Rasanya Siey ingin sekali menarik tangannya yang di genggam oleh orang itu, namun di sisi lain ia benci mengakuinya bahwa ia merasa lebih nyaman dengan

93