Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/85

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

kehidupan mahasiswa di kampus. Cerita yang dimuat bersambung di Haluan itu mengisahkan tokoh aku, seorang mahasiswa miskin, badung, tetapi disenangi oleh cewek-cewek. Ia tinggal di rumah dosen yang pergi kuliah ke Amerika. Novel itu juga menceritakan segerombolan mahasiswi yang sebenarnya pergi kuliah bukan untuk belajar, tetapi Untuk mencari “mangsa” sehingga akhirnya mereka jatuh ke tangan laki-laki hidung belang. Sementara itu, tokoh aku adalah mahasiswa idealis yang akhirnya terpaksa kawin muda setelah terlanjur menghamili pacarnya, Cerita itu ditulis Harris karena terinspirasi dari novel yang diulis Ashari Siregar yang dimuat bersambung di Kompas berjudul Cintaku di Kampus Biru.

Novel Harris berjudul Jendela Kecil juga dimuat bersambung di Haluan. Selanjutnya, Harris mulai menyiasati agar sajak dan cerpennya bisa lolos di media yang lebih bergengsi dan bergaung luas. Tahun 1981 karya-karyanya mulai dipublikasikan di Kompas, seperti “Damai”, "Anak-Anak di Masa Perang”, dan “Jurang” (1982); “Guru Kita Usman Bakri", “Jalan Sepanjang Cinta”, “Kaca Mata Emak”, “Layang-Layang putus di Kala Senja”, “Tikus Gudang” (dalam antologi Anjing Bagus, 2005), “Siman”, “Pelawak Amatir”, dan “Orang Besar” (1984); “Seikat kayu Bakar”, “Tiga Orang Anak”, “Mami”, serta “Masnum dan Istrinya” (dalam Si Padang, 2003); “Istriku Kartini” (1985); “Mesin Ketik”, “Laki-laki yang Kubenci”, dan “Si Padang” (dalam Si Padang, 2003); serta “Kebulatan Tekad,” dan “Ketika Aku Malu” (1987). Dari beberapa karya terebut, di antaranya telah dibukukan oleh Kompas seperti Si Padang yang melambungkan namanya di pentas sastra Indonesia.

Kemudian, karya-karya Harris pun dimuat di koran seperti Sinar Harapan yang berubah nama menjadi Suara Pembaruan ("Tak ingin Merdeka"; 1987); Pelita (“Bukittinggi Kami”, 19871); Pikiran Rakyat (“Marah”, 1980); dan lain-lain. Begitu juga majalah Sastra Horison Yang memuat cerpen “Tewas” (1982). Cerpen "Lurus" (1980), "Titian Laut" (1983), dan “Pemilihan Umum” (1980), yang membuat gempar Masyarakat Yogyakarta waktu itu, dimuat dalam Antologi Sastra Indonesia Malaysia. Kemudian, cerpen “Ngarai” dibukukan Kompas dalam Kado Istimewa (1992), “Burung-Burung Pulang ke Sarangnya" dibukukan Kompas dalam Pelajaran Mengarang (1993), dan "Surat dari Paris” dibukukan Kompas dalam Lampor (1994). “Ketika Jakarta Dibom" dimuat dalam Kumpulan Cerpen Sebelas Dewan Kesenian Sumatra Barat.

71