Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/77

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

Bapak Bustanul Arifin, sering memujinya. Ketika di SMP 1 Solok itu, Harris mulai kenal dengan yang namanya cerpen karena di sekolah tersebut setiap hari Sabtu diadakan lomba cerpen dan diumumkan pada upacara hari Senin. Hampir setiap minggu, Harris maju ke depan sebagai pemenang pertama. Inilah yang membuatnya terus bersemangat dan senang menulis cerpen.

Suatu hari, ketika guru yang seharusnya mengajar tidak masuk, Harris membuat kesalahan bersama dengan teman-temannya. Ia bermain bola di dalam kelas dengan menggunakan tempurung kelapa bekas kerajinan tangan. Tempurung kelapa itu melayang dan mengenai kaca jendela dan akibatnya suasana menjadi gaduh dan hiruk pikuk. Bapak Bustanul Arifin yang sedang mengajar di kelas sebelah segera muncul dan Harris langsung tertangkap basah. Dengan ikhlas, Harris menerima hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Tiga biang kerok, termasuk Harris, disuruh berdiri bagai patung di depan kelas, di samping papan tulis selama dua jam pelajaran. Ternyata hukuman untuk mereka bertiga belum cukup. Mereka masih diharuskan datang ke rumah guru itu untuk mengambil buku. Masing-masingnya harus memilih tiga buku, membaca, lalu menceritakan kembali isi buku tersebut secara ringkas. Hukuman itu bagi teman-temannya terasa berat, tetapi bagi Harris seperti sebuah hadiah. Harris memilih tiga judul buku cerita, masing-masing Selamat Jalan Anak Kufur kumpulan cerpen Utuy Tatang Sontani, Di Luar Dugaan kumpulan cerpen Soewardi Idris, dan Titian Dosa di Atasnya novel karya Motinggo Busye. Membacakan kembali cerita di depan kelas bukan merupakan hal yang sulit bagi Harris karena kesukaannya membaca dan bercerita di hadapan orang banyak.

Setelah hukuman itu, Harris malah diminta untuk menjadi ketua perpustakaan sekolah atau ketua perpustakaan pelajar. Perpustakaan itu terletak di belakang sekolah, di sebuah bekas gudang, bersebelahan dengan kantin. Sumbangan pertama koleksi perpustakaan tersebut diperoleh dari sumbangan wajib siswa SMP 1 Solok, baik yang dibeli baru maupun buku usang. Dalam mengelola perpustakaan itu, Harris dibantu oleh seorang wakil, namanya Darmaliza, sekarang ia menjadi dosen di FTI Universitas Negeri Padang.

Perpustakaan yang dikelola Harris itu berkembang dan koleksi yang paling banyak adalah buku sastra. Di sanalah Harris memamah semua buku yang dianggap bagus, mulai dari karya Soewardi Idris sampai buku terbitan NV Nusantara, Bukittinggi. Ketika masih di kelas dua SMP itu,

65