Lompat ke isi

Halaman:Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatera Barat.pdf/193

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat

telah melakukan perantauan mental melalui renungan dan pertanyaan yang ia kemukakan dalam karyanya.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]“Perantauan intelektual Gus terlihat pada cerpen-cerpennya yang melintasi wilayah budaya tempat ia hidup. Perantauan itu terbaca dengan jelas pada antologi cerpen Laba-Laba. Antologi ini menyajikan perantauan penulis ke wilayah budaya yang jauh dan berbeda. Lebih dari separuh dari cerita dalam antologi ini mengambil latar dan problem etnik di luar Minangkabau. Mulai dari Timor-Timur, Papua, Bima, Sulawesi Selatan, dan lainnya. Berbeda dengan penulis lain yang menjadikan wilayah etnik sebagai latar pengisahan, Gus tf Sakai justru masuk dan menyajikan problem dari etnik yang menjadi latar ceritanya. Ia mempelajari problem masa kini kemudian mencari akarnya pada mitos. Mitos tersebut tidak hanya dirasionalisasi, tetapi justru difungsikan untuk melihat dan mendapatkan solusi dari masalah tersebut. “Tuge” sebagai salah satu cerpen Gus yang menceritakan tentang mitos benda budaya di Papua yang dieksploitasikan untuk kepentingan ekonomi. Namun, dengan memahami akar mitos, tokoh utama cerita ini mampu menggagalkan perang antarsuku. Begitu juga dengan “Lowe Lomo” yang mengungkapkan kisah ironi yang dialami oleh masyarakat nelayan yang terjerat ulah rentenir untuk berhutang kapal layar motor. Kita bisa menjumpai gejala yang sama pada “Pot Na Enga Tako”, “Lembah Tabbena”, “Kupu-kupu”, dan “Kurir”. Cerita-cerita tersebut menegaskan bahwa Gus tf Sakai menghela mitos masa lalu untuk mendapatkan solusi dan akar dari masalah masa kini. Sebuah usaha yang bahkan tidak banyak dilakukan oleh para pengarang dari tempat asal mitos tersebut dikenal.”

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Karya-karya Gus terdiri atas puisi, cerita pendek, novel untuk remaja dan nonremaja, serta novelet. Di samping itu, Gus tf sakai juga seorang kurator untuk bidang sastra. Dia juga aktif sebagai seorang awak redaksi Jurnal Puisi yang merupakan jurnal triwulanan yang memuat puisi asli ataupun terjemahan, ulasan buku puisi, agenda, kronik kegiatan perpuisian, serta berita penerbitan buku puisi. Kemampuan atau proses kreatif Gus tidak datang tanpa sebab. Bakat yang dimilikinya terpupuk sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar dan didukung oleh kegemarannya membaca beraneka ragam buku. Talenta yang ada dalam diri Gus dicurahkan ke dalam bentuk tulisan sebagai sikap apresiasinya terhadap fenomena yang muncul dalam masyarakat. Kebiasaannya saban hari menulis dalam buku harian merupakan titik awal dari proses kreatif.

181