Halaman ini tervalidasi
Antologi Biografi dan Karya Lima Sastrawan Sumatra Barat
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]KOMUNIKASI DUA ARAH
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kita menggapai-gapai kata, seperti pancingan yang menggena
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]lantas kita bercakap-cakap tentang lidah
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]tak bertulang. “bibirmu amat pucat, saudaraaku.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]dari dua arah, waktu bercakap dengan usia musim bercakap
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]dengan cuaca, kitalah kanak-kanak dari percakapan
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]yang tak kunjung habis. “kata bukan milikmu, saudaraku.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]di luar jalanan penuh, pinokio berpawai menyambut kata
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]di Juar suara penuh, cinderella membangun kisah dari kata
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]selarut ini, kita seperti bocah mengumpulkan abjad
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]dari mesjid ke gereja mencari tuhan dari sisa kata
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]surau tanpa a bunyi tanpa I
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]mulut siapa yang bergantung di pojok kamboja
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]masih bercakap-cakap dengan talinya?
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sajak ini menurut Sapardi Djoko Damono adalah metaforis. “Ia adalah rangkaian metafora yang mendesak dan berusaha saling meniadakan dan sekaligus saling mendukung sehingga tersusun makna keseluruhan yang pada hakikatnya merupakan kumpulan metafor yang paradoksal. Paradoks yang diciptakan oleh Gus tf terasa sangat tajam sebab metafora yang disusunnya merupakan citraan yang bermakna. Dalam sajak “Komunikasi Dua Arah” itu citraan, metafora dan paradoks bersusun saling kait-mengait menawarkan sebuah makna sekaligus menampik sebuah makna. Hal itu disebabkan makna sajak itu tak lain adalah cara pengungkapannya, keduanya itui tak bisa untuk dipisahkan.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Dalam menulis puisi, Gus tf membebaskan imajinasinya secara total dan menyeluruh. Tanpa adanya penguasaan bahasa yang baik, bisa dipastikan, puisinya cenderung longgar dan tanpa pumpunan. Akan tetapi, penyair ini tampaknya sangat yakin bahwa ia bisa mengendalikan imajinasinya yang bebas itu tanpa adanya halangan ataupun hambatan sebab ia memang memiliki kemampuan berbahasa yang sangat baik.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pada novel Tambo Sebuah Pertemuan dengan 170 halaman terdapat tangggapan dan kritik dari seorang kritikus sastra senior, yaitu Umar
175