- 80 -
hakseng brenti mengomong, hingga itoe roewangan telah djadi soenji kombali. „ Sekalian hakseng-hakseng disini akoe maoe kasi taoe jang kau poenja Gakhoe soeda soeroe padamoe dateng kemari aken bladjar, maka itoe akoe banjak harep, jang kau orang sekalian tida bikin kepiran pengharepannja kau poenja orang toea, dan soeka bladjar dengen bergiat,” kata Keng Hok pada sekalian moerid-moerid dan laloe teroesken omongannja dengen berkata: ”Sekarang akoe maoe moelai mengadjar, kamoe sekalian moesti meliat kanoe poenja boekoe dan denger apa jang akoe berkata!”
Sasoedanja oetjapken ini perkatahan, Keng Ilok laloe ambil satoe potong kapoer dan pergi dimana papan bord, ia lantas toelis ampat hoeroef jang ada didalem itoe boekoe.
„Liat sini!” kata Keng Hok setelah ia soeda abis toelis itoe ampat hoeroef, dan ambil satoe rotan ketjil, ia toendjoek satoe hoeroef jang paling atas, seraja berkata : ”Thian, langit!” dan kemoedian ia laloe toendjoek lagi hoeroef jang kedoea dan berkata: „Tie, melajoenja Boemi!” dan kemoedian la toendjoek poelah hoeroef jang ka tiga sembari berkata:”Djit maksoednja Matahari:” Kemoedian ia toendjoek hoeroef jang paling bawa dan berkata :”Juweh, melajoenja Boelan!”
„Sekarang kamoe moesti toeroet mengoetjapken akoe poenja perkatahan, dengen begitoe kau orang bisa djadi inget dan bisa oetjapken itoe perkatahan dengen teges!” kata poelah si Keng Hok.
Sekalian hakseng-hakseng lantes toeroet apa jang goeroenja prenta, begitoelah Keng Hok mengadjar sehari dengen sehari pada anak-anak moeridnja, hingga berselang ampat boelan
Saia banjak harep jang sekalian pembatja soeka bersabar aken menoenggoe terbitnja djilid ka tiga (tamat).
