Halaman:ADH 0069 A. Damhoeri - Diatas Apa.pdf/1

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

DIATAS APA?

PARIS tahun 1943. Sedang hebat2nja perang dunia kedua berketjamuk. Kota dunia jang sebelunmja selalu terang benderang oleh tjahaja lampu listerik sekarang mendjadi gelap gulita. Penggelapan kota sebab sewaktu-sewaktu angkatan udara Djerman akan muntjul dalam djumlah ratusan serta menghudjani dengan bom2 jang meledak dengan dahsjatnja. '

Namum demikian kabaret2 dan tempat2 pelesiran lainnja tetap dibuka sebagaimana biasa tak mempedulikan bahaja2 jang mungkin datang karena serangan udara itu. Hanja didjaga sadja supaja tjahaja lampu djangan tembus keluar. Sebab itu dari tempat2 hiburan sematjam itu senantiasa terdengar bunji musik jang riang gembira, gelak tertawa jang berderai-derai dan wanita berada dalam pelukan prija. Tak peduli sedjam atau kurang akan ada bahaja udara dan mereka mampus dalam sedjap mata. Perang tinggal perang, hiburan tetap berdjalan,- demikian agaknja pendapat mereka. Malahan kian meriah hiburannja sebab bila masuk dineraka takkan ada kabaret atau nightclub lagi. Sebab itu dunia hiburan dikota Paris tetap berdjalan sebagaimana biasa sampai djauh malam.

Pada suatu malam sebuah nichtclub sudah hampir tutup. Para pengundjung seorang demi seorang sudah pulang kerumahnja. Musik sudah terhenti, dan para penari sudah bersiap-siap akan pulang.

Nona Marie berdiri dimuka gedung Nichtclub itu menunggu kendaraan jang mungkin bisa ditumpang pulang kerumahnja jang tjukup djauh djuga. Atau kendaraan jang bisa menumpang. Tetapi tak satupun kendaraan jang muntjul didjalanan. Semua sepi. Hanja ada sepeda sebuah dua buah melintas dengan ketjepatan tanpa lampu.

Hati nona Marie kian kalut. Dengan apa dia harus pulang? Berdjalan kaki terlampau djauh dan berbahaja. Bagaimana kalau ada bahaja udara? Dan dimana ia mesti bermalam? Sedang ragu2 demikian tiba2 muntjul seorang laki2 tegap kekar dari dalam nichtclub itu mendorong sebuah sepeda.

— Hello, Marie? tegurnja dengan ramah. Seketika nona itu terkedjut tetapi kemudian ia tersenjum karena dikenalnja lelaki itu ialah seorang Negro pemain musik dari Nichtclubnja. — Kenapa belum pulang djuga?

Nona Marie menerangkan keraguannja dan susah hatinja karena tak ada kendaraan. Sedang malam semakin larut. Dengan ramah Negro itu mengusulkan djasa baiknja untuk membontjeng nona Marie pulang kerumahnja. Tak ada djalan lain lagi selain mengabulkan usul Negro sahabatnja itu jang rasanja tidak begitu djelek. Sang Negro sudah berdiri dengan mengindjakkan sebelah kakinja ditrottoir dan menunggu nona Marie, Nons itu datang mendekat dan sebagai mengangkat seekor ajam sadja dipegangnja pinggang nona itu lalu diletakkannja diatas batang sepeda. Dan sepeda meluntjur madju melalui djalan2 jang sepi dan gelap.

— Enak djuga membontjeng dan duduk diatas batang sepeda bokrok ini? - pikir Marie. Pokoknja: asal sampai kerumahnja. Hampir setengah djam baru Marie sampai dimuka rumahnja. Ia diturunkan kembali oleh Negro jang tegap kuat itu dan diletakkannja ditrottoir. Dengan mengutjapkan terima kasih nona Marie membuka kuntji pintu rumahnja dan naik ketingkat atas, karena dia diam ditingkat dua. Marie membuka djendela dan melihat kedjalan jang sepi dan gelap. Tetapi karena ada sedikit pantjaran tjahaja dari lentera jang digelapkan Marie masih bisa melihat Negro tadi