Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/58

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 54 -

"Sekarang bakarlah!" perintah mak. Papa menggoreskan sebatang anak korek api dan membakar daun-daun kering tadi. Api makan daun-daun kering tadi, kemudian memindah kepada onggokan ranting-ranting tadi dan apinya makin membesar. Kobaran api mulai menjilat kesana kemari dengan kepulan asap yang besar. Sorotan api yang besar menjulang keatas dan membakar apa saja yang ada dalam timbunan itu. Panasnyapun tidak terkira-kira sehingga tak bisa mendekat dalam jarak beberapa meter.

Mak tertawa dan papa tersenyum pencong. Kali ini mak yang menang...

Api parunan itu amat tinggi dengan suara yang menakutkan. Meliuk-liuk sebagai setan merah yang menari-nari dan pohon-pohon dekatnya ikut bergoyang-goyang. Karena baru saja api membesar anginpun datang menambah besarnya gejolak api. Tambah hebat dan besar kobaran api menghanguskan unggun setinggi bukit kecil itu yang sekarang sudah menjelma menjadi bukit api....

Apa sebabnya asal api membesar anginpun datang? Dapatkah teman-teman menerangkannya?

Akhirnya papa jadi menagih membuat parunan. Tetapi dalam satu hari paling banyak hanya tidak buah dapat membuat parunan. Tetapi sekian meter bujur sangkar tempat itu sudah bersih. Yang tinggal kemudian hanya onggokan abu dan puntung-puntung .....

Tidak kurang menelan tempoh sampai satu bulan pula sehingga seluruh ladang itu menjadi bersih. Tinggal tunggul-tunggul saja yang bila akar-akarnya sudah lapuk dengan mudah dibongkar.....

. // .