revolusioner, djuga oleh pemberontakan 1926, pada tanggal 28/10-1928, lahirlah Sumpah Pemuda, jaitu kebulatan tekad pemuda Indonesia dari berbagai sukubangsa dan berbagai aliran politik, jang menjatakan : Berbangsa, berbahasa dan ber-tanahair satu, jaitu Indonesia.
Melihat makin meluasnja PNI dikalangan Rakjat, pemerintah kolonial segera mengadakan pukulan² terhadap partai ini, tokoh²nja jang penting ditangkap, dipendjarakan dan dibuang a.I. Ir. Sukarno. Karena pukulan² itu PNI dibubarkan oleh pimpinannja setjara sukarela.
Dalam keadaan sedemikian itu dimana PKI dan partai nasionalis kiri dipukul oleh pemerintah kolonial, kaum nasionalis kanan jang bersatu dalam PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) mempererat kerdjasamanja dengan pemerintah Belanda. Mereka ini disebut oleh Belanda kaum „nasionalis jang sehat”, karena kegiatannja tidak bertentangan dengan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Pemimpin² SI al. Agus Salim melihat terpukulnja PKI mentjari kesempatan untuk meluaskan pengaruhnja. Tetapi usaha ini tidak berhasil.
Kemudian sesudah tahun 1930-an PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) Hatta dengan menggunakan sembojan² „kiri,” a.l. non-koperasi, sosialisme, kolektivisme dsb., berusaha untuk memisahkan massa Rakjat dari perdjuangan revolusioner.
Dalam keadaan jang makin sulit, dimana dunia kapitalis terkena krisis, kehidupan Rakjat Indonesia semakin bertambah sengsara sebagai akibat tindakan pemerintah kolonial Belanda jang mengadakan penghematan”, menaikkan berbagai padjak dan sebagainja. Zaman ini sangat dikenal oleh Rakjat, sebagai zaman malaise.
Pada zaman jang sulit ini PKI mendasarkan kegiatannja pada program 18 fasal jang keluar pada bulan Djuli 1932, sbb. :
33