Halaman:20 Mei Pelopor 17 Agustus - Museum Dewantara Kirti Griya.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

dangkan kemudian mereka jang berfaham nasionalistisch setjara radikal, mendirikan P.P.P.I. (Persatuan Peladjar-peladjar Indonesia).

Dilapangan journalistik terdapat pula kemadjuan jang pesat. Dulu, kira-kira tahun 1895, di Jogjakarta dan Solo sudah ada surat-surat berkala di Jogja „Retnodumilah” jang dipimpin oleh marhum dr. Wahidin Sudirohusodo; di Solo „Djawi Kondo”, „Bramartani” dll. Semuanja masih bertjorak kesusasteraan. Kira-kira pada tahun berdirinja B. U. ada seorang wartawan modern, jang menarik perhatian karena lantjarnja dan tadjamnja pena jang ia pegang. Jaitu marhum R. M. Djokomono, kemudian bernama Tirtoadisurjo, bekas murid S.t.o.v.i.a, jang waktu itu bekerdja sebagai redacteur harian „Bintang Betawi” (jang kemudian bernama „Berita Betawi”), lalu memimpin redaksi „Medan Prijaji” dan „Suluh Pengadilan”. Beliau boleh disebut „pelopor” dalam lapangan journalistik. Selangkah demi selangkah kewartawanan dapat kemadjuan, dan jang achir-achir ini dengan amat pesat, hingga membutuhkan „Kantor Berita” sendiri (Antara), dan dalam saat peralihan, disekitar 17 Agustus 1945, dapat mengusahakan suatu badan-berita setjara besar-besaran, jang berhubungan langsung dengan luar-negeri.

Tjukup sekianlah ichtisar kisah pergerakan rakjat kita, dengan kemadjuannja sedjak berdirinja B. U. tg. 20 Mei 1908, ichtisar mana pasti djauh dari lengkap, karena banjak jang tidak bersandar „dokumentasi” hanja berupa kenang-kenangan dari satu orang sadja. Hendaknja para pemimpin-pemimpin tua lainnja, suka

19