Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri V.pdf/73

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Didalam perdjalanan menudju kepembuangan itu Yo Tjie berdjalan sambil melamun tak habis²nja ..............

Sungguh saja ini seorang sengsara jang penuh kemalangan, djaman telah menghudjam panah beratjunnja kedada saja, saja telah merasakan akan Kehinaan, kelaparan, kemiskinan dan tekanan batin jang amat hebat !... ! Tiba² langit mendjadi gelap karena awan hitam berketel ketel, sesaat guruh menderu dan dentum halilintar memetjah angkasa. Setelah angin ribut tenang dan daun² dipepohonan berhenti bergojang turunlah air hudjan jang amat deras bagaikan ditjurahkan dari langit

........

Yo Tjie dan dua pengawalnja Tio Liong seria Tio Hauw lari terbirit birit mentjari tempat berteduh Mereka lalu menjelusup kesebuah kuil tua jang tak berpenghuni. Disinipun Yo Tjie sambil me-ngibas²kan pakaiannja jang tertimpa air hudjan, lagi² ia melandjutkan lamunannja .....

“Oh langit, langit ..... mungkinkah engkau ikut menangis adakah ini air mata awan? benarkah hatimu berdebar dengan kilatan tjahaja itu? Seolah engkaupun ikut memekik dengan gemuruhnja guntur, merasakankah engkau akan Keadaan djaman sekarang ini ? ? ? ? bumi merintih dan ombak Samodera bergelombang tak tenang seperti keadaanku sekarang ini... Kita adalah anak alam, marilah kita menjesuaikan diri dalam kesedihan, tangisan dan rintihan jang menggelegak dikalbu! ! !

Oh, aku melamun, ja, melamun, lama² akan

71