Lompat ke isi

Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri III.pdf/34

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pada djaman Dinasti Song, masa itu penuh dengan ketidak adilan dan para penguasa bertindak se-wenang² terhadap rakjat. Keadaan rakjat jang memang sudah parah, ditambah dengan kelaliman dan perkosaan akan hak² azasi manusia Sehingga dimana-mana timbul kekeruhan dan pemberontakan². Seperti dalam kisah 108 pendekar Gunung Liang San ini, semuanja sebenarnja adalah orang baik², ada jang bekas komandan keamaṇan, ada pegawai pemerintah, ada kepala desa, sasterawan, saudagar, tukang kaju, guru silat, dlsb. Mereka bergabung dan mengadakan pemberontakan karena sudah tidak tahan lagi akan tekanan2 jang makin gila.

Liem Tjiong bekas komandan keamannan kota Tongking, karena mempunjai istri jang tjantik, dan anak penguasa setempat itu ngiler karena ingin memperistrinja. Liem Tjiong lalu difitnah, disiksa dan didjatuhi hukuman berat jang tidak selajaknja menimpa pada dirinja. Tetapi pada masa itu, hal jang demikian ini mendjadi se-akan2 kebudajaan jang sangat digemari, Para penguasa dapat seenaknja mempermainkan kehidupan rakjat tanpa mengenal Prikemanusiaan.

Setelah agak lama Liem Tjiong disekap dalam pendjara, pada suatu hari ia diseret keluar. Kaki dan tangannja diborgol dengan rantai besi jang kokoh, kemudian dinaikkan sebuah kereta untuk dikirim kepengadilan setempat.

Tee Kwan atau Penguasa Hukum setempat lalu menjidangkan persakitan jang dibawa kekantornja.

30