”Malam² berkundjung kerumah hamba, adakah Taydjin mempunjai urusan jang sangat penting?“
Liok Giam penuh tanda tanja dalam hatinja. Penasehat Ko Kiu jang litjin itu merogoh sakunja, dan meletakkan sedjumlah uang diatas medja Liok Gian. Katanja:
“Saudara Liok Giam, kau boleh mengambil uang itu. Ini adalah pemberian Ko Tjiangkun, dan beliau mengharap bantuanmu untuk menolong Siauwya. “ Liok Giam bingung, ia belum mengerti djelas apa maksud jang sebenarnja. Tanjanja lagi
”Sakit apakah Siauwya, ? Dan apakah hamba bisa memberikan obat untuk penjakitnja?” Penasehat itu tertawa, kemudian katanja:
“Begini saudara Liok Giam, sakitnja Siauwya itu tidak lain adalah soal wanita, haha . . . . hahaaa.. . . . .
Ia telah mendjadi ter-gila² tatkala melihat Liem Hudjin dikelenteng Pek Ma Sie. Saat ini tidak mau makan, minum..... hanja tidur sadja, sekali² mengingau, ber-kata² sendiri, se-akan² ia berhadapan dengan Liem Hudjin. Kalau hal ini ber-larut aku pertjaja Siauwya pasti mendiadi gila Maka aku nasehatkan Ko Tjiangkun untuk minta bantuan.” Liok Giam bingung :
„Apa jang dapat hamba lakukan? Apa-
7