tahui apa jang terdjadi, ia mendekati salah seorang dan, bertanja:
„Apakah kalian pengungsi dari Tiongkok Utara?“
Penduduk jang ditanja itu mendjadi tertawa ter-gelak djawabnja;
„Loheng, tidak tahukah bahwa Lauw Wan Gwee sedang Tjohoosu, sebentar malam perajaan temanten itu akan diadakan.“
Lo Tie Djim agak malu kemudian ia bertanja pula :
„Adakah disini sebuah rumah penginapn untuk bermalam?“
Penduduk itu meng-geleng2kan kepala dan mendjawab:
„Sajang didusunku jang ketjil ini, tidak ada sebuahpun rumah penginapan, hanja bila Loheng sudi meminta tolong pada Lauw Wan Gwee, beliau adalah seorang jang suka menolong, apabila ada orang2 jang kemalaman didusun ini. Tjobalah pergi kesana!“
Lo Tie Djim mengutjapkan terima kasih, dan bergegas pergi kerumah Lauw Wan Gwee.
Tidaklah sukar untuk mentjari gedung Lauw Wan Gwee, gedungnja terbesar dan termewah didusun ini. Segera Lo Tie Djim menghampiri pintu muka dari gedung Lauw Wan Gwee dan berdjalan masuk.
Lauw Wan Gwee amat heran ada seorang tamu tak dikenalnja, ia bertanja dengan segera;
“Siapakah Tootiang jang mulia ? Dan keperluan apakah datang mengundjungi kami jang rendah ini?” Lo Tie Djim merangkan kedua tangannja untuk memberi penghormatan, kemudian ia berkata,
"Aku bernama Lo Tie Djim dari kelenteng Buntju kota Kwan See saat ini aku sedang dalam perdjalanan untuk menudiu kekota Tongkhia, tetapi sampai dusun sini sudah terlalu sore. sehingga saja bermaksud untuk sumpang bermalam dirumah Lauw Wan Gwa.
63