mengeram dalam wihara ini, aku akan mendjadi seorang bantji jang takut hidup. Heija, sampai² ilmu silatku kurasakan mundur karena tidak pernah kulatih. ..... . .” tiba² ia melihat seorang jang memikul dua gotji arak, orang ini memang pembuat arak dan tiap seminggu sekali mengirim kewarung makan.
Hari ini sungguh tidak disangka oleh Lo Tie Djim kalau berdjumpa dengan pendjual arak. Maka seleranja timbul, sifat²nja sebagai setan arak kumat setjara mendadak. Lo Tie Djim berteriak memanggil orang itu :
Hoi, Lopek berhenti dulu, aku ingin membeli beberapa tjawan “ Orang tua pemikul arak itu menghentikan langkahnja, tetapi tatkala melihat bahwa jang memanggil nja adalah seorang Hwee Sio, tjepat² ia memikul gotji dan lari.........
Lo Tie Djim sangat penasaran ia menggendjot tubuhnja dengan ilmunja Lie Hi Tho Tju atau ikan bader memuntahkan mutiara, sekali lontjat sambil mengulurkan tangannja untuk mentjengkeram tengkuk pedagang arak itu dan empek tua pedagang arak itu tidak berdaja untuk melepaskan diri.
Lo Tie Djim berkata: ” Aku bukannja tidak mau bajar, ini terimalah uangnja dan berikan aku beberapa tjawan.
Sudah puluhan hari aku tidak mentjium bau arak, kini rinduku pada arak akan terkabul.. . hahaa.. . . . . haha. . . . lopek tjepat berikan beberapa tjawan untukku!”
Pedagang arak itu sangat ketakutan dan herdiri tergugu
Lo Tie Djim marah; “Tulikah kau ? Gagukah kau ? Hei, bila tak mau mendjual aku nanti ambil sendiri !” Pedagang arak itu ketakutan dan menjahut dengan suara ter-putus² :
“ Buku... bukan. . . . . . . . . kah kau seorang. . . . . .,
50