dengan pulasnja diatas bangku.
Pagi sekali, djalan² ramai sekali, para pedagang jang berlalu lalang sedang mempertjakapkan si empek dan anak gadisnja jang mendapatkan pertolongan seorang pendjaga benteng jang bernama Lo Tie Djim. . . .
Orang jang dipukul dihotel itu tidak tertolong lagi, pagi hari ini telah menghembuskan napasnja jang penghabisan. . . . . dst. . . .
Mendengar berita ini, hati Lo Tie Djim bertjekat.
„Tjelaka.....! ” Lo Tie Djim mengeluh pandjang . . . . ..
Bila tidak tjepat² aku menindak The Wan gwee, urusan ini bisa gagal dan berantakan.
Maka tjepat² ia bangun. setelah mentjutji mukanja, ia - membawa semua pakaiannja dan uang simpanannja.
Dengan langkah lebar² dan mantep ia menudju kekediaman The Wan gwee.
Setelah berdjalan agak djauh, tibalah Lo Tie Djim disebuah perempatan ia mulai ber-tanja² kepada penduduk disitu, dan achirnja dapatlah ditemui rumah The Wan gwee jang dijari.
The Wan gwee adalah seorang lintah darat disamping berdagang daging babi, sehingga ia mendjadi orang jang terkaja dikota Kwan See ini Orangnja perawakannja sedang, kepalanja agak ketjil dan wadjahnja litjin berminjak, perutnja gendut sebab hidupnja serba ketjukupan, bila ber-tjakap² matanja selalu berdjelilatan menundjukkan isi hatinja jang tidak djudjur dan penuh tipu muslihat.
Rumah The Wan gwee terletak tidak djauh dari perempatan djalan raja kota Kwan See, redungnja besar bertingkat tiga, dan dihalaman samping rumahnja itulah setiap harinja ramai orang untuk mendjualkan daging babinja atau orang² jang datang untuk membeli.
Hari inipun tempat pendjualan daging babi dari The Wan
31