Lompat ke isi

Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri I.pdf/33

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Orang tua itu berusia ±60 tahun, tubuhnja kurus dan wadjahnja putjat, pakaiannja kotor dan penuh tambal².

Anak perempuan jang menangis itu berusia ±20 tahun, walaupun pakaiannja kotor dan kojak², namun masih dapat terlihat wadjah aslinja jang putih dan manis Kedua ajah dan anak itu dengan agak takut² menghadap pada Lo Tie Djim, mereka memberikan salam penghormatan setjara Kang Onw orang tua itu lalu memberikan keterangan :

„Tjiangkun jang mulia, kami adalah pengungsi jang datang dari utara. Sebab² pengungsian kami adalah meluapnja air bandjir dari Hoang Hoo jang amat dahsjat, puluhan ribu penduduk jang kehilangan tempat bernaung dan mata pentjaharian. Ratusan ribu hektar tanah sawah ladang jang dilanda, sehingga sematjam kami jang hidup sebagai kaum petani tak dapat berdaja lagi. . . . .

Kami sekeluarga hanja terdiri dari 3 orang, jakni aku istriku dan satu²nja anakku ini.

Kata² djaman purba mengatakan : „Bo Su Tjay Djin, Sing Tju Tjay Thian“, manusia berdaja upaja. tetapi penentuan ditangan Tuhan, setibanja dikota Kwan See ini istriku terserang penjakit djantung (uluhati) berulang kali memuntahkan darah. . . . . ..“

Orang tua ini menghentikan tjeritanja, dari kedua matanja mengalirlah air mata tua jang sangat mengharukan hati, setelah batuk² sesaat mulailah ia meneruskan tjeritanja:

Segala barang berharga jang kami bawa, telah kami djual untuk memanggil tabib dan membelikan obatnja, namun segala daja upaja kami ini sia². . .. . . jah, apa mau dikata kalau sudah mendjadi Suratan takdir.

Maka selang beberapa hari pulanglah istriku keharibuan Tuhan Jang Maha Kuasa . . . .“ Orang tua ini menundukkan kepalanja dan mengutjurlah air matanja dengan deras, pun anak perempuannja tangisnja ma-

26