Pada suatu hari Ko Kiu berkenalan dengan pedagang obat²an Ong Sing, Ia menjeritakan akan kesukaannja mentjari nafkah, maka Ong Sing jang baik hai memberinja pekerjaan.
"Bila kau mau membantu usaha dagangku tinggallah disini membantu melajani pembeli"
"Saudara Ong Sing aku sangat berterima kasih atas pertolonganmu, Sudan djemu aku hidup dengan tjara begini, kadang² sehari dua hari aku tak makan aku akan bekerdja baik² disini" Ko Kiu berdjandji.
"Anggaplah seperti dirumah orang tuamu sendiri, makan minum tak usah segan dan malu² di belakang itulah kamar tempat tidurmu, bawalah pakaian2mu dan susunlah disana" Ong Sing menundjukkan sebuah kamar dekat dapur pada Ko Kiu.
Ko Kiu setelah mengutjapkan terima kasih, lalu menudju kekamarnja, ia merasa senang sebab kamar ini dekat dengan dialan raja maka bila djendela dipentang ia dapat me-lihat² orang² jang berlalu lalang.
Setiap pagi ia membuka papan2 toko obat dengan radjin, melajani Para pembeli, dan sore hari berlatih dikebun belakang dengan menghantam dan menjepak bola resi.
Tetapi lambat laun sifat buruknja timbul lagi, sebab kawan²nja sering dengan kode2 mengadjaknja berdjudi setelah lewat satu bulan Ko Kiu berubah lagi hampir tiap malam ia lontjat keluar melalui djendela, dan berkumpul dengan kawan²nja disebuah Kelenteng tua, disana mereka bermain djudi sampai larut malam.
Sering pu'a Ko Kiu kalah main, dan perbuatannja makin berani, mentjuri uang dari latji Ong Sing. Lambat laun perbuatanja ini diketahui oleh Ong Sing, betapa marah Ong Sing kepadanja.
"Aku menganggapmu sebagai famili sendiri, Kau-
7