Hal Bunji Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia/Bab 11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
52269Hal Bunji Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia — Bab 11Syaukat JayadiningratRenward Brandstetter

BAB XI.
HAL MENJINGKATKAN KATA.

Dalam ber-bagai² hal kata² disingkatkan. Dalam beberapa bahasa jang tertentu segala matjam kata disingkatkan, dalam bahasa Indonésia jang lain hanja beberapa matjam kata sadjalah jang disingkatkan, misalnja nama diri. Biasanja bunji pada permulaan kata-lah jang dihilangkan, bunji di-tengah² kata djarang dan bunji pada achir kata djarang lagi hilang. Hal itu terdapat di Napu: kata anu dalam bahasa Indonésia purba mendjadi au dalam bahasa di Napu. Bunji² jang dengan tjara jang tak teratur saling menindih, seperti dalam kata ērbubai (dengan resmi mengumumkan perkawinan; ěrděmu bayu) djarang terdapat. Singkatan kata itu terdapat tersendiri, disana sini terdapat dalam banjak hal tetapi tak pernah dengan réntétan menurut hukum, seperti telah tampak dalam singkatan berdasarkan haplologi dalam hal menduakalikan kata (lihat keterangan dibawah nomor 243); tetapi hal itu merupakan gedjala jang luar biasa. Kata lengkap dapat disingkatkan dengan beberapa tjara. Kata anu jang dimaksudkan tadi misalnja bukan sadja disingkatkan mendjadi au tetapi djuga mendjadi u. Ketiga bentuk kata itu terdapat berdampingan dalam téks „Pembentukan dunia" dalam bahasa Napu. Pada halaman 393 terdapat kata²: anu ta-ita (hal jang tampak oléh kita), pada halaman 394: anu maila (machluk jang buas), pada halaman 394: u tuwo (hal jang hidup).

275. Hal menjingkatkan bunji² pada kata dasar dengan tak memandang tjara menjingkatkan itu.

I. Dalam bahasa Atjéh banjaklah kata dasar jang suku katanja jang pertama dibuang, karena suku kata jang terachir ditekankan. Dalam tjerita tentang orang buta jang bidjaksana (lampiran téks van Langen, halaman 109) dalam dua buah kalimat terdapat kata dasar jang disingkatkan berdampingan: ik ur (memandjat pohon kelapa; ik = naik dalam bahasa Indonésia purba dan ur = niur2 dalam bahasa Indonésia purba). II. Singkatan sematjam itu terdapat djuga dalam bahasa Cam, misalnja kata lan (bulan; „bunji pada permulaan kata bulan dalam bahasa Indonésia dibuang" (Cabaton)). Dalam bahasa Cam banjak-lah kata jang diambil dari bahasa² didaérah jang dekat. Kata dasar dari banjak kata jang diambil itu terdiri atas satu suku kata dan sebagian kata² itu mendjadi kata dasar jang terdiri atas dua suku kata dalam bahasa² Indonésia.

276. Hal menjingkatkan beberapa matjam kata jang tertentu dan kata² jang mempunjai fungsi jang tertentu.

I. Menjingkatkan kata serų. Dalam ber-bagai² bahasa Indonésia kata² dasar jang terdiri atas dua suku kata hilang satu suku katanja, djika kata dasar itu dipakai untuk berseru dan bersandarkan kataseru, jang atjapkali terdiri atas satu suku kata. Dalam bahasa Tontémboa terdapat kata deq (ah, kagétlah aku!) jang terdjadi dari kata in deq (kaget). Dalam tjerita tentang kebakaran (téks Schwarz, hal. 156) terdapat kata² : deq e deq aku (kagétlah kamu akanku !).

II. Dalam hal memanggil. Dalam banjak idiom bentuk vokatif disingkatkan. Bentuk kata memanggil seperti bentuk kata berseru besandarkan kataseru (interjéksi) dan oléh sebab itu dalam banjak idiom suku kata jang terachir ditekankan. Singkatan bentuk vokatif sematjam itu tedapat pada kata² jang menjatakan pertalian kekeluargaan dan persahabatan, seperti dalam kata coŋ (kawan!) dalam bahasa Madura jang dibentuk dari kata kacoŋ (kawan). Dalam tjerita Kandhulok (téks Kiliaan II, hal. 153) terdapat kata³ : kěmma coŋ (apakah, kawan!). Bentuk kata jang pandjang disingkatkan mendjadi bentuk kata jang terdiri atas dua atau tiga suku kata seperti dalam bentuk vokatif maèn dalam bahasa Toba, jang terdjadi dari kata parumaen (mantu perempuan). Kedua, singkatan itu terdjadi pada nama orang seperti dalam bahasa Djawa sekarang bentuk vokatif „Wir" ialah singkatan dari nama Wiryadimejo. Selain pada bentuk kata memanggil, dalam beberapa idiom bentuk kata jang lain djuga disingkatkan seperti kata itow (= maŋalitow, anak laki² ketjil) dalam bahasa Tontémboa. Dalam bahasa Roti kata feo (= feto; saudara perempuan) jang biasanja dipakai orang kalau berbitjara dengan saudara perempuan itu, kadang² dipergunakan djuga untuk memanggil.

III. Pada tjara perintah (modus imperatif) jang pada hakekatnja hampir sama dengan tjara memanggil, misalnja dalam kata botson (mari !; = boan tuson). IV. Pada nama diri, terutama nama orang. Dalam banjak bahasa Indonésia, antara lain dalam bahasa Dajak nama orang dibentuk dari kata djenis (appélatif) dengan membuang konsonan pada permulaan kata. Nama² sematjam itu dalam bahasa Dajak ialah antara lain: agap (dari tagap = kuat), Adus (dari radus = gemuk), Ilak (dari kilak = tjinta), Inaw (dari ginaw = mengkilap). Singkatan itu terdjadi. dengan bersandarkan kata² jang menjatakan pertalian kekeluargaan, jaitu „ajah", „ibu" dan „anak" jang dalam sebagian besar bahasa Indonésia dimulai dengan vokal; kata² itu dalam bahasa Indonésia purba ialah ama, ina dan anak.

V. Pada istilah² téchnis. Dalam hal itu terdapat singkatan jang tegas seperti dalam bahasa² Indo-German, misalnja dalam kata pops (popular concerts) dalam bahasa Inggeris ("Kurzevergleichende Grammatik der indogermanischen Sprachen", hal. 366. oléh K. Brugmann). Dalam bahasa Bugis kata ida-ida (ratjun keras) ialah singkatan dari racuŋ maqpacidacida.

VI. Pada komposisi. Pada bagian jang pertama dari komposisi vokal pada achir kata hilang, konsonan djarang hilang. Misalnja : torarue (hantu air; „hantu" + „air" torara + ue) dalam bahasa Ampana, tigari (suatu pésta; tiga + hari) dalam bahasa Minangkabau. Atau bagian pertama dari komposisi, jang biasanja kurang tegas bunjinja, disingkatkan seperti dalam kata bêtaòq (sebelah kanan) beh (sebelah) + taòq (kanan) dalam bahasa Busang.

Singkatan kata dalam bahasa Bugis patut diperhatikan dengan tjara chusus. Dalam bagian pertama dari susunan kata hilang ŋ -nja seperti dalam kata polila bagian lidah jang belakang; poŋ (akar) + lila); begitu djuga halnja tentang kata polima (bagian tangan jang belakang). Singkatan itu terdjadi oléh sebab bunji ŋ + l dalam kata dasar tidak dapat berdiri ber-turut²; tetapi apakah sebabnja terdapat singkatan kata seperti po-kanuku (bagian kuku jang belakang), sedang ŋ + k atjapkali terdapat ber-turut² dalam kata dasar? Ialah pembentukan kata menurut analogi. Po-kanuku terdjadi berdasarkan kata po-lima.

VII. Pada himpunan kata² jang menjatakan satu pengertian, djadi menghampiri komposisi. Bagian pertama dari himpunan kata sematjam itu ialah gelar. Dalam tjerita tentang Ja Bayur ("Bataksche Texten, Mandailingsch Dialect", hal. 74 oléh Ophuysen terdapat kata²: gorar nia i manjadi (Dinamainja Ja Bayur); Ja ialah singkatan kata raja. Singkatan lain jang masuk bagian jang dibitjarakan ini antara lain terdapat dalam kata dupamu (perempuan; „manusia didalam rumah" = dou pa emu) dalam bahasa Sawu; kata anaŋkoi (anak ketjil; ana (anak) + anu + koi (ketjil). Himpunan kata itu atjapkali terdapat pada kata² bentuk (formword) seperti dalam kata ranen dan sebagainja; (ara (nama) + enen barang sesuatu) ).

VIII. Menurut Poensen dalam bahasa Djawa katabilangan antara 1 dengan 10 jang terdiri atas dua suku kata, disingkatkan; tu misalnja ialah singkatan dari pitu (tudjuh). Bentuk kata singkatan itu bersandar akan katabilangan jang sendiri terdiri atas satu suku kata, misalnja pat (empat).

IX. Fada katakordja-pembantu (hulpwerkwoord). Dalam beberapa bahasa Indonésia katakerdja jang biasanja diikuti katakerdja jang tak berdiri sendiri dan menjatakan pengertian jang terpenting, dapat disingkatkan; dalam hal itu bunji di-tengah² kata dihilangkan. Dalam bahasa Karo misalnja kata dapět disingkatkan mendjadi dat. Dalam bahasa Minangkabau kata lengkap pěrgi jang berasal dari bahasa Melaju, dsb. tidak terdapat lagi, digantikan oléh bentuk singkatnja pai atau pi. Suatu analisa tentang bahasa Manjau Ari menundjukkan, bahwa pai atau pi umumnja hanja terdapat dalam susunan kata jang tertentu, misalnja dalam kalimat: kita pi japut (dalam bentuk bahasa tulisan) atau kito pi japuyq (dalam bentuk bahasa lisan) = „Kami akan mendjemputnja".

X. Pada énklitik dan proklitik. (lihat keterangan dibawah nomor 302).

XI. Pada euphemismus (lihat keterangan dibawah nomor 18).

XII. Pada kata² jang diambil dari bahasa asing. Dalam bahasa Djawa sekarang terdapat kata děler (= "edele heer" dalam bahasa Belanda). Dalam hal² sematjam itu atjapkali tampak ketjenderungan akan mempergunakan kata² jang terdiri atas dua suku kata.

XIII. Pada bentuk bahasa pergaulan. (lihat keterangan dibawah nomor 20).

XIV. Pada irama, (lihat keterangan dibawah nomor 27).

277. Karena singkatan kadang² inti kata jang menjatakan pengertian hilang sama sekali, terutama pada susunan kata². Hal itu umumnja terdjadi dalam beberapa bahasa Indonésia pada kata² jang menjatakan sangkalan. Dalam bahasà Tontémboa kata raqi jang menjatakan sangkalan atjapkali dikuatkan dengan partikal ka, oléh sebab itu terdjadilah kata raqica (lihat keterangan dibawah nomor 103) dan kata itu disingkatkan mendjadi ca. Kata ca - téks jang bersangkutan menundjukkan hal itu terutama terdapat dalam bentuk bahasa lisan.

278. Dalam satu bahasa kata lengkap dan kata jang disingkatkan bisa terdapat berdampingan. "Barang sesuatu jang tertentu" ialah halei dalam bahasa Cam, kata itu disingkatkan mendjadi lei. Dalam tjerita tentang Mu Gajauŋ (hal. 22) terdapat kata: harei halei (pada suatu hari jang tertentu), tetapi dalam baris sjair ke-11 terdapat kata²: harei lei.

279. Hal menjingkatkan kata² dapat membawa gedjala² bunji jang biasanja tidak terdapat dalam bahasa jang bersangkutan. Dalam bahasa Roti terdapat kata bindae (sematjam békér; bina (békér) + dae (tanah) ). Dalam kata dasar bahasa Roti bunji n + d tak terdapat ber-turut².

280. Tentang tjara menjingkatkan kata² dalam bahasa² Indonésia terdapat hal² jang sedjadjar (paralél) dalam bahasa² Indogerman. Baik dalam bahasa Indogerman maupun dalam bahasa² Indonésia tjara menjingkatkan kata dengan menghilangkan bunji di-tengah² kata djarang dilakukan. (lihat "Kurze vergleichende Grammatik der Indogermanischen Sprachen" oléh K. Brugmann). Hal menghilangkan vokal pada achir kata bagian jang pertama dari komposisi terdapat dalam bahasa Gotis misalnja dalam kata hauhhairts (tjongkak) disamping kata armahairts (rahim). (Lihat karangan Willmanns "Deutsche Grammatik" Bab: "Der vokal in der Kompositionsfuge"). Singkatan gelar terdapat dalam bahasa Djerman, misalnja ver (= vrouwe), dalam kata na (= donna) dalam bahasa Italia. Kata untuk berseru jang

disingkatkan terdapat dalam bahasa Djerman-Swiss dalam kata mänt (= Sakrament). Singkatan kata jang mengatakan sangkalan dengan menghilangkan inti kata terdapat dalam kata iit dalam bahasa Djerman-Swiss.